Breaking News

NASIONAL Kutuk Bom Melayu, PBNU: Terorisme Cederai Kemanusiaan 25 May 2017 16:36

Article image
Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siraj. (Foto: Ant)
Nahdlatul Ulama mendesak pemerintah agar mengambil langkah tegas serta cepat terkait penanganan dan isu radikalisme.

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Menyongsong datangnya bulan suci Ramadhan 1438 H, warga dikejutkan dengan bom di Manchester Inggris, serangan teroris di kota Marawi Mindanao Filipina pada Selasa (23/5/2017) serta yang terbaru, ledakan bom di Kampung Melayu, pada Rabu (24/5/2017). Teror bom itu menunjukkan bahwa radikalisme atas nama agama sungguh sangat memprihatinkan.

Rangkaian peristiwa itu memiliki pesan bahwa masih saja ada pemahaman yang berkembang di masyarakat dan kalangan umat beragama bahwa cara-cara seperti bom bunuh diri itu diperbolehkan sebagai bagian dari perjuangan atas nama agama.

Hal tersebut jelas merupakan sebuah kesesatan pemahaman dalam beragama. Betapa tidak, agama tidak membenarkan cara-cara kekerasan seperti itu. 

"Oleh karena itu, menyaksikan dan mencermati rangkaian peristiwa di atas, khususnya peristiwa bom di Kampung Melayu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan mengutuk keras dan mengecam segala tindakan kekerasan dan terorisme, apapun motifnya. Bahwa segala bentuk tindakan kekerasan, apalagi yang mengatasnamakan agama dengan cara menyebar teror, kebencian, dan kekerasan bukanlah ciri Islam yang rahmatan lil alamin,” ujar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Prof Dr KH Said Aqil Siroj, MA, melalui siaran pers, di Jakarta, Kamis (25/5/2017). 

Said mengatakan, Islam mengutuk kekerasan. Dia menegaskan bahwa tidak ada satu pun agama di dunia ini yang membenarkan cara-cara kekerasan dalam kehidupan. 

Kepada para keluarga korban, atas nama PBNU, Said mengucapkan bela sungkawa yang mendalam atas musibah yang sedang dialami. Segala yang terjadi merupakan suratan takdir, yang harus diterima dengan penuh kedewasaan, lapang dada, dan kesabaran. 

PBNU menyatakan mendukung langkah-langkah aparat keamanan untuk mengusut tuntas motif, pola, serta gerakan yang memicu terjadinya peristiwa tersebut. “Gerakan radikalisme sudah sedemikian merajalela, maka diperlukan penanganan khusus yang intensif dari pelbagai pihak, utamanya aparat keamanan,” ujar Said.

PBNU juga mengajak seluruh warga Indonesia untuk bersatu padu menahan diri, tidak terprovokasi serta terus menggalang solidaritas kemanusiaan sekaligus menolak segala bentuk kekerasan.

Karena itu, Said mengimbau warga yang mendapati peristiwa sekecil apapun yang menjurus pada radikalisme dan terorisme untuk segera melaporkannya ke aparat keamanan. “Segala hal yang mengandung kekerasan sesungguhnya bertentangan dengan ajaran Islam dan bahkan bertentangan dengan ajaran agama apapun. Islam mengajarkan nilai-nilai kesantunan dalam berdakwah,” ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini juga mengimbau warga NU untuk senantiasa meningkatkan dzikrullah dan berdoa kepada Allah SWT untuk keselamatan, keamanan, kemaslahatan, dan ketenteraman hidup dalam berbangsa dan bernegara. 

Karena itu, PBNU meminta semua pihak untuk menghentikan segala spekulasi yang bisa memperkeruh peristiwa ini. “Kita percayakan penanganan sepenuhnya di tangan aparat keamanan. Kita mendukung aparat keamanan, salah satunya dengan cara tidak ikut-ikutan menyebarkan isu, gambar korban, dan juga berita yang belum terverifikasi kebenarannya terkait peristiwa ini,” tutur Helmy.

Untuk itu, Nahdlatul Ulama mendesak pemerintah agar mengambil langkah tegas serta cepat terkait penanganan dan isu radikalisme. Langkah ini harus ditempuh sebagai bagian penting dari upaya implementasi dan kewajiban Negara untuk menjamin keamanan hidup warganya.

“Dan apapun motifnya, kekerasan, radikalisme, dan terorisme tidak bisa ditolelir apalagi dibenarkan, sebab ia mencederai kemanusiaan,” pungkasnya.

 

 

---

Komentar