Saturday, February 21, 2015

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 282

Baca sebelumnya: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 281.

'Jodha Akbar' Episode 282

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 282

Maham datang ke tenda Adham, dimana Adham sedang uring-uringan. Adham menanyakan dari mana Ibunya? Dengan penuh rasa bangga, Maham mengatakan bahwa dia baru kembali dari tempatnya Nigaar untuk menjalin konsolidasi. Adham mengkhawatirkan tindakan Ibunya akan terbongkar. Namun, Maham menenangkannya itu tidak mungkin terjadi. Sebab, dirinya pintar dalam melakukannya. Alasannya datang menemui Nigaar adalah untuk memberinya dukungan, sehingga Nigaar akan berpikir bahwa mereka berada di pihaknya. 

Adham bertanya apa Ibunya tidak mendukung Jalal? Maham mengiyakan. Pasalnya, saat ini posisi tawar Nigaar lebih kuat dibandingkan Jalal.

*

Jalal datang ke tenda utama, dimana semua orang tengah menunggu kedatangannya. Jalal menyatakan bahwa dirinya masih ingin menghentikan perang. Walaupun, semua orang telah siap berperang. Dia mengingatkan bahwa Nigaar adalah kakaknya, putri dari Raja Humayun juga, dan Mahachuchak adalah Ibunya.

Mirza hanya tertunduk. Situasinya membuatnya dilema. Hamida menghampiri Jalal untuk memberikan dukungan. Todal Mal dan Atghah juga memberikan dukungan. Bahkan, mereka berdua menyatakan Jalal untuk tidak ikut bergerak, dan memberikan perintah pada mereka untuk menangani semuanya.

Tetap sulit mengubah keputusan Jalal yang ingin menghentikan perang dengan jalan dialog. Jodha mendukung keputusan Jalal. Salima juga setuju. Hamida ikut mendukung dan meminta Jalal mengikuti kata hatinya bila ingin bicara pada Nigaar. Tapi, Maham justru mengompori bahwa hal terbaik adalah melawan Nigaar. Begitu pula Ruqaiya yang lebih setuju untuk berperang melawan Nigaar – lagipula dirinya telah meninggalkan semuanya. Jalal meminta Atghah untuk menulis surat pada Nigaar. Atghah mengikuti perintah Jalal.

*

Pada malam hari, Nigaar melihat baju zirahnya. Dia juga melihat pedangnya. Diambilnya pedang itu dan disayatnya pedangnya sampai berdarah. Dia berjanji takkan membiarkan Jalal lolos besok. Dendamnya harus tertuntaskan.

Abu Mali datang dan meminta istirahat. Dia juga mengatakan bahwa wanita tidak perlu turun berperang. Apa yang terjadi selanjutnya sungguh di luar dugaan. Nigaar mengambil pedang dan menghunuskannya pada leher Abu Mali. “Kamu pikir aku tak sanggup mengangkat senjata. Jalal target utamaku!” Abu Mali tidak peduli dengan yang dilakukan Nigaar, pada intinya dia hanya ingin Nigaar pergi istirahat. Biar besok fit.

*

Adham berusaha memejamkan mata, tapi suara dengkuran Javeda membuat sulit. Maham datang. Adham spontan menarik belatinya dan mengarahkannya pada Maham. “Bangunlah Adham. Jalal ingin perang terhenti. Dia ingin bicara dengan Nigaar.”

Maham kemudian mengajak Adham bicara di luar, karena suara dengkuran Javeda lebih keras dari lenguhan sapi.

*

Jodha menemui Jalal di tenda. Jalal yang tengah menatap baju zirahnya mengatakan pada Jodha, “Aku berharap tak perlu mengenakan pakaian ini. Jika aku mengenakannya, aku akan melupakan setiap hubungan. Takkan kulihat siapa orang yang berada di dekatku. Yang ada di benakku hanyalah kemenangan. Kubunuh semua orang yang berada di dekatku demi memenangkan perang. Aku menjadi binatang jalang bila mengenakan pakaian ini.”

Jodha juga berharap bahwa perang tidak perlu terjadi. Jalal menyatakan bahwa sebelum bertemu dengan Jodha, dirinya takkan ambil pusing dengan perang. Bila terjadi, maka itu akan terjadi. Tapi sejak Jodha hadir dalam hidupnya, dia merasakan hal lain. Dia berpikir banyak akan ada berapa anak-anak kehilangan ayahnya, juga berapa banyak istri kehilangan suaminya. Mungkin dia sendiri juga yang akan menjadi korbannya. Kembali, Jodha tidak ingin Jalal mengatakan tentang kematian dalam perang. Dia telah berdoa untuk Jalal supaya memenangkan perang tersebut.

“Hanya ada dua pilihan bagi seorang prajurit: hidup mulia atau mati syahid! Jika aku mati syahid, maka itu lantaran aku membela rakyat dan negaraku. Itu membuatku bangga!”

Seorang prajurit mengganggu pembicaraan mereka. Dia menyebutkan Atghah ingin menemui Jalal di luar. Jalal-Jodha pun buru-buru keluar. Atghah menyatakan bahwa dirinya telah menuliskan surat untuk Nigaar dan memberikan surat itu pada si prajurit. Jalal meminta si prajurit memberikannya langsung pada Nigaar. Prajurit pergi menuju tempat Nigaar.

*

Tapi, di tengah jalan, prajurit pengantar surat ini dipanah oleh seseorang. Jatuhlah prajurit ini dari kuda. Si pemanah mendekati prajurit dan menginjak luka panahnya hingga dia kesakitan dan tak bernyawa lagi. Orang yang melakukannya adalah Adham.

Maham muncul dan mengambil surat dari tangan si prajurit. Isi surat itu adalah permintaan maaf Jalal, karena tidak tahu wasiat Raja Humayun dan janjinya untuk memberikan apa yang Nigaar layak miliki. Dia juga berjanji akan menemukan Ratu Chand. Maham tersenyum dan menyatakan, “Ini surat dari orang yang emosional. Iblis juga akan meleleh membaca surat ini. Ayo kita kembalikan prajurit ini bersama surat pernyataan perang dari 'Nigaar'.”

Pagi. Jalal mondar-mandir cemas, menanti surat jawaban dari Nigaar. Di kejauhan, dia melihat kuda yang membawa prajurit yang telah dibunuh Adham sebelumnya datang. Kagetlah dia dan beberapa pejabat melihatnya.

Maham langsung menyulut api, “Lihatlah, prajurit ini dibunuh. Ini sudah bertentangan dengan hukum perang!”

Atghah mengambil surat balasan itu Nigaar dan membacanya. Isi surat ini adalah Nigaar tidak meminta kembali apa yang diinginkannya. Sebaliknya, dia akan merebutnya. Emosi Jalal tersulut. “Bila yang mereka mau hanya perang, akan kukabulkan. Biar mereka merasakan pedangku!”

Salima dan Ruqaiya sama-sama mengatakan bahwa Nigaar tidak membalas kebaikan Jalal. Jadi, ada bagusnya Jalal menjawab tantangan itu. Jalal menatap prajuritnya, kemudian dia berdoa dan berkata pada diri sendiri bahwa dia telah mencoba menghentikan perang, tapi balasan Nigaar telah mengguncang hatinya. Tak ada lagi pengampunan!

Ruqaiya menyatakan pada Salima bahwa Nigaar takkan diampuni lagi. Pasalnya, Nigaar tak hanya melepas saudaranya, tapi juga telah menghina Mughal. Hanya satu pilihan tersisa: perang! Jodha nimbrung dan membenarkan apa yang dikatakan Ruqaiya.

*

Hari H tiba. Jalal telah mengenakan baju zirah dan menemui Hamida, Salima, Ruqaiya, dan Jodha dulu.

Ketika mendekati Hamida, Jalal melihat Ibunya menangis, seolah seperti mengatakan selamat tinggal. Hamida mengelap air matanya dan menjelaskan bahwa itu bukanlah air mata untuk mengucapkan selamat tinggal. Itu air mata untuk mengatakan kembalilah setelah memenangkan perang. Jalal menyatakan, ”Insya Allah, aku kembali dengan berita kemenangan.”

Jalal mendekati Salima dan meminta doa padanya. Salima mengatakan, “Rakyat berdoa demi kemenangan Anda. Tak ada pilihan lain selain memenangkan perang.”

Jalal kemudian mendekati Ruqaiya untuk pamitan. Ruqaiya mengatakan bahwa dirinya telah banyak berdoa demi Jalal. Dia sangat yakin Tuhan takkan mengecewakannya. Dia menyatakan musuh-musuh Jalal pasti berpikir kalau Jalal lemah dan takut berperang. Karena itu, dia memintanya untuk mematahkan anggapan itu. Jalal menjawab, ”Insya Allah...”

Ketika mendekati Jodha, Jalal mendapatkan tilak di dahi setelah Jodha melakukan aarti padanya. Ketika Jalal menarik pedang dari sarungnya, Jodha langsung menempatkan tilak merah di pedang tersebut. Jalal menyatakan bahwa semuanya telah berusaha menghentikan perang. Dia berjanji akan kembali dengan membawa berita kemenangan.

“Anda harus kembali untuk saya dan rakyat Mughal!” Jalal pamit. Jodha membalasnya. Langkah Jalal terasa berat, meninggalkan para istri yang dicintainya.

Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 283.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 282

0 komentar:

Post a Comment