Breaking News

INTERNASIONAL 66 Tahun Merdeka, Rakyat Libya Hidup Tanpa Perdamaian 25 Dec 2017 21:46

Article image
Rakyat Libya dalam sebuah peringatan hari kemerdekaan negaranya. (Foto: DPA)
Salah seorang warga Libya bernama Amani Saeed meyakini, peringatan kemerdekaan tahun ini akan membawa angin perdamaian yang dirindukan bangsanya.

TRIPOLI, IndonesiaSatu.co -- Negara Libya merayakan ulang tahun kemerdekaan ke-66 yang jatuh pada hari Minggu (24/12/2017) kemarin. Dalam rentang usia kemerdekaan tersebut, rakyat Libya masih terus dibayangi konflik bersenjata dan ancaman perpecahan antarkelompok politik.

Dikutip dari faz.net, Senin (25/12/2017), sebagian besar rakyat Libya mengharapkan kondisi yang aman dan kondusif untuk menjalani kehidupan secara normal. Salah seorang warga Libya bernama Amani Saeed meyakini, peringatan kemerdekaan tahun ini akan membawa angin perdamaian yang dirindukan bangsanya.

"Kami merasa kehilangan keamanan dan kenyamanan hidup selama bertahun-tahun. Namun, kami ingin memperbaiki ini dan mencari jalan keluar dari konflik berkepanjangan ini melalui cara dialog dan tanpa kekerasan. Konflik bersenjata telah menewaskan banyak orang dan menghancurkan kehidupan keluarga serta membebani generasi baru kami," ujar Saaed seperti dikutip dari faz.net, Senin (25/12/2017).

Ia menambahkan, sebagian besar warga Libya berada pada titik jenuh mengalami berbagai kasus kekerasan dan konflik bersaudara di antara warga Libya sendiri.

“Kami berharap, perdamaian mulai dirasakan pada 2018. Semua konflik bersenjata antarsuku  dan antarfaksi di kota-kota besar Libya harus segera berakhir agar masyarakat kembali membangun dan negara ini menjadi kuat lagi," ungkap seorang warga lainnya bernama Dalal Meftah yang giat sebagai pekerja sosial.

Sebelumnya, otoritas Libya Timur dan Barat mengatakan peringatan kemerdekaan akan menjadi kesempatan positif bagi rekonsiliasi dan toleransi di antara rakyat Libya.

--- Rikard Mosa Dhae