Breaking News

NASIONAL Romo Magnis: Perbedaan Politik itu Biasa 16 Oct 2018 22:13

Article image
Romo Magnis Suseno pada acara Dialog Peradaban Umat Beragama di Jakarta (Foto: Tribunnews.com)
"Karena agama mesti ada unsur damai. Dalam perbedaan kita saling menghargai dan pertemuan semacam ini menunjukkan bahwa orang berbeda bisa saling menghargai dan saling mendengarkan. Maka sangat perlu suasana yang sejuk dan positif serta saling percaya an

 

JAKARTA, IndonesiaSatu.co-- Tokoh agama dan pengajar teologi, Romo Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa perbedaan cara pandang soal perpolitikan itu biasa termasuk di saat-saat menjelang pemilihan umum seperti sekarang ini.

Menurut pengajar teologi pada Sekolah Tinggi Filsafat Driyakara Jakarta ini, kampanye damai dalam bentuk dialog umat beragama perlu diadakan serta menghindari isu-isu bermuatan Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA) dalam kampanye oleh pasangan capres-cawapres.

"Kalau kita mengalami kompetisi keras dua kandidat pada pilpres, boleh saja berkompetisi, namun tidak perlu diagamakan karena dua-duanya beragama. Perbedaan politik itu biasa saja," ujar Romo Magnis dalam kegiatan Dialog Peradaban Umat Beragama bertempat di Hotel Aryaduta,Tugutani, Jakarta Pusat, Sabtu (13/10/18) seperti dilansir Tribunnews.com.

Romo Magnis mengharapkan agar perlu diadakan sosialisasi kampanye damai dalam bentuk dialog umat beragama dengan tujuan agar menghindari konflik-konflik yang ditimbulkan dari isu agama yang dipolitisisasi.

"Karena agama mesti ada unsur damai. Dalam perbedaan kita saling menghargai dan pertemuan semacam ini menunjukkan bahwa orang berbeda bisa saling menghargai dan saling mendengarkan. Tinggal enam bulan menjelang pilpres dan dengan sendirinya ketegangan-ketegangan dalam masyarakat bisa naik. Maka sangat perlu suasana yang sejuk dan positif serta saling percaya antara umat beragama," ujar Budayawan senior itu.

Guru Besar yang dikenal sedehana ini juga berpesan kepada kedua pasangan calon pada pilpres 2019 mendatang agar tidak menggunakan isu agama maupun berita bohong (hoax) dalam kampanye.

"Saya sebetulnya masih mengharapkan bahwa dari kedua pasangan calon Presiden itu ada kehendak kuat untuk mencegah agamanisasi pilpres atau sebaliknya politisasi agama," katanya.

Harap Gereja Bersih dari Aktivitas Politik

Selain kepada kedua pasangan calon Presiden, Romo Magnis juga mengharapkan agar umat Katolik tidak melakukan aktivitas politik di tempat ibadah (gereja).

“Gereja harus bebas dari kegiatan yang menyatakan arah politik tertentu atau mendukung salah satu kandidat tertentu di Pilpres 2019 mendatang. Saya sendiri sangat mengharapkan bahwa tidak ada aktivitas politik. Jadi umat katolik tidak ada yang membuat atau menyatakan bahwa kita harus memilih Pak Jokowi atau kita harus memilih Pak prabowo, itu tidak perlu," tandasnya.

Lebih lanjut ia menyarankan, masyarakat untuk menggunakan hak pilih dalam pesta demokrasi mendatang. Meski demikian, ia mengharpkan bahwa tidak perlu seorang Pastor, Pendeta, Ulama maupun Kyai mendorong atau mengiring umat pada pilihan tertentu.

"Menurut saya, dalam demokrasi jangan ada golput. Kita harus memakai kesempatan itu dan menyatakan pendapat. Tapi tidak perlu seorang pastor, pendeta ataupun ulama lalu mengatakan kalian harus pilih ini atau itu. Serahkan saja pada masyarakat sendiri," pungkasnya.

--- Guche Montero

Komentar