Share

INSPIRASI BISNIS: Counter HP dan Pulsa, Ranah Usaha yang Tak Pernah Padam

Danang Sugianto , Okezone · Senin 06 Februari 2017 06:10 WIB
https: img.okezone.com content 2017 02 03 320 1609195 inspirasi-bisnis-counter-hp-dan-pulsa-ranah-usaha-yang-tak-pernah-padam-VdfgVm0ZLd.jpg Ilustrasi: (Foto: Okezone)
A A A

JAKARTA – Penetrasi perkembangan internet yang sangat pesat membuat industri telekomunikasi di Indonesia tumbuh subur. Tak hanya perusahaan-perusahaan besar produsen smartphone dan operator telekomunikasi yang menikmatinya, tapi juga pengusaha kecil penjual eceran pulsa dan telefon genggam atau HP.

Hal itu terbukti dari semakin menjamurnya pada para pedagang HP dan pulsa di pusat perbelanjaan hingga pinggir jalan. Banyaknya pelaku yang terjun ke ranah bisnis juga membuktikan bahwa "kue" dari industri ini sangat besar. Tidak heran, sebab kini hampir seluruh masyarakat Indonesia memiliki HP.

Darmawan Samidan adalah satu pedagang HP dan pulsa yang sudah cukup puas mendulang cuan dari jenis usaha ini. Setiap bulan puluhan juta Rupiah sebagai laba bersih dari tiga counter telah masuk ke dompetnya.

Darmawan sebenarnya merupakan salah satu pegawai bank swasta ternama di Indonesia. Namun ketika menikah pada 2008, kebutuhan hidupnya meningkat, terpaksa ia harus "memutar otak" untuk mencari tambahan.

Dengan modal hanya sekira Rp10 juta, Darmawan memutuskan untuk mendirikan sebuah counter HP di Mal Cilandak. Dari uang itu, sekira Rp2,1 juta digunakan untuk biaya sewa bulan pertama, dan sisanya untuk membeli stok barang dagangan.

"Saya bilang sama istri, 'Ini tabungan terakhir. Kalau gagal terpaksa saya akan terus banting tulang bekerja.' Karena, dia yang menjalankan bisnisnya saat itu," kenangnya saat berbincang dengan Okezone.

Beruntungnya kala itu minat masyarakat untuk membeli HP sudah cukup tinggi, meskipun penetrasi dari jenis smartphone belum begitu marak. Bahkan di bulan pertama, Darmawan mendapatkan laba bersih Rp6–7 juta.

"Waktu itu satu hari bisa dapat laba bersih sampai Rp200 ribu. Saya terkejut, karena kalau saya hitung-hitung, saya kerja di bank saja paling sehari dapat Rp40–50 ribu waktu itu. Alhamdulillah bulan pertama termbus Rp6–7 juta," tuturnya.

Darmawan mengungkapkan, tidak ada strategi khusus untuk bisa berkembang di ranah bisnis ini. Ia hanya terus menerapkan pendekatan secara personal kepada setiap calon pembelinya.

Jurus pendekatan secara personal juga Darmawan dapat dari kantornya. Dia percaya dengan membangun komunikasi yang baik maka pembeli akan dengan mudah berubah menjadi pelanggan setia.

"Saya lihat di toko kanan dan kiri tidak ada touch customer secara personal. Itu ampuh, bahkan saya sampai dekat sekali. Ketika mereka ada acara, saya sampai diundang. Jadi yang terbangun bukan hanya acuan, tapi lebih dari itu," ujarnya.

Melihat peluang yang cerah dari bisnisnya itu, Darmawan memutuskan untuk meninggalkan kariernya dan fokus mengembangkan counter-nya. Meski saat itu counter-nya sudah memberikan penghasilan yang cukup besar, Darmawan tidak menghambur-hamburkannya, demi terus mengembangkan bisnisnya.

Akhirnya di tahun ketiga, ia mampu menambah satu counter di pusat perbelanjaan yang sama. Sampai akhirnya Darmawan sudah memiliki tiga counter dengan tujuh karyawan dengan rata-rata profit yang didulang per bulannya mencapai Rp30–35 juta.

Sayangnya, perjalanan bisnisnya dihadapi sebuah permasalahan baru. Pusat perbelanjaan yang ditempatinya berganti kepemilikan dan mengharuskannya untuk hengkang kaki. Dengan sangat terpaksa di 2015 Darmawan harus merelakan tiga counter-nya yang sudah memiliki banyak pelanggan tetap.

"Saat itu saya mengalami pergolakan batin. Tapi saya pikir bisnis ini harus tetap jalan, akhirnya saya buka di pinggir jalan di Jalan MKV, Ciganjur. Karyawan juga berkurang jadi tiga orang," katanya.

Akan tetapi banyaknya pelanggan setia yang dimilikinya membuat dia tak harus memulai bisnis itu dari nol. Para pelanggannya tetap mendatanginya, meskipun tokonya tak lagi berada di dalam Mal Cilandak.

"Meskipun saya akui omzet menurun 50%, dulu saya bisa menjual 300 HP per bulan," ungkap Darmawan.

Darmawan bangkit dan kembali membangun gurita usahanya. Keberadaan counter-nya yang berada di pinggir jalan memaksanya harus berinovasi. Darmawan kini tak hanya menjual smartphone tapi juga aksesori, pulsa, dan menyediakan jasa servis.

Penjualan pulsa saat ini mendominasi tokonya dengan menyumbang sekira 35% dari omzet. Sementara jasa servis menyumbang 25%, sisanya disumbang dari penjualan HP dan aksesori.

"Sekarang kebanyakan orang punya smartphone high-end. Mereka jadi tidak sering ganti gadget. Tapi sekarang mereka sangat boros dengan pulsa karena paket data internet. Jadi, pulsa mendominasi. Selain itu, aksesori juga karena mereka ingin tampilan gadget-nya berubah-ubah," imbuhnya.

Tips Membuka Counter Pulsa dan HP

Darmawan menceritakan bahwa modalnya saat mendirikan bisnis HP sebesar Rp10 juta, namun kini sudah tidak realistis. Sebab, harga smartphone sekarang tidak seperti HP dahulu. Belum lagi.....

KETERANGAN

DEBIT

KREDIT

TOTAL

Balik Modal

Modal awal:

Rp100 juta

     

-Sewa tempat (per tahun)

 

(Rp25 juta)

   

-Etalase dan peralatan lengkap

 

(Rp10 juta)

   

-Pembelian stok awal

 

(Rp65 juta)

   

Jumlah

   

Rp100 Juta

 

Asumsi omzet (per bulan)

Rp30 juta

     

Pemenuhan stok

 

(Rp15 juta)

   

Gaji karyawan (2 Karyawan per bulan)

 

(Rp5 juta)

   

Total (kredit)

 

(Rp20 juta)

   

Total (Profit per bulan)

   

Rp10 juta

 

Asumsi balik modal (Rp100 Juta : Profit)

     

10 bulan

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Tips Membuka Counter Pulsa dan HP

Darmawan menceritakan bahwa modalnya saat mendirikan bisnis HP sebesar Rp10 juta, namun kini sudah tidak realistis. Sebab, harga smartphone sekarang tidak seperti HP dahulu. Belum lagi biaya sewa tempat yang membengkak mengikuti laju inflasi.

"Setidaknya untuk mendirikan bisnis ini butuh modal minimum Rp100 juta. Untuk sewa tempat Rp25 juta per tahun, etalase dan peralatan lain Rp10 juta, sisanya untuk stok barang," terang Darmawan.

Ia juga menegaskan, guna meraih sukses dalam menjalankan bisnis HP, pemilik harus mau terjun langsung menjalankannya. Kemudian tidak perlu segan-segan berkomunikasi secara personal dengan pembeli.

"Pembeli itu kan pertama dia melihat-lihat dulu, kita komunikasi dan tanya, berarti dia ingin gadget seperti ini dengan budget sekian. Dengan begitu, kita kasih rekomendasi. Dari situ obrolan terus berlanjut," tuturnya.

Darmawan juga meyakini jangan pernah takut untuk berjualan smartphone melalui toko offline meskipun penetrasi toko online sangat masif. Sebab, penjualan secara offline dengan pendekatan secara personal memiliki keunggulan tersendiri di mata pembeli.

"Memang saingan kita toko online, mereka bahkan bisa dapat harga yang lebih murah. Tapi tidak semua orang percaya dengan toko online, kita ambil pasar di situ. Customer yang sudah kita touch akan percaya. Pembeli pasti konsultasi 'Mana sih yang bagus?' Nah, di situ kita diskusi. Hal itu enggak bisa didapat beli secara online," tegasnya. (rzy)

Tips Membuka Counter Pulsa dan HP

Darmawan menceritakan bahwa modalnya saat mendirikan bisnis HP sebesar Rp10 juta, namun kini sudah tidak realistis. Sebab, harga smartphone sekarang tidak seperti HP dahulu. Belum lagi biaya sewa tempat yang membengkak mengikuti laju inflasi.

"Setidaknya untuk mendirikan bisnis ini butuh modal minimum Rp100 juta. Untuk sewa tempat Rp25 juta per tahun, etalase dan peralatan lain Rp10 juta, sisanya untuk stok barang," terang Darmawan.

Ia juga menegaskan, guna meraih sukses dalam menjalankan bisnis HP, pemilik harus mau terjun langsung menjalankannya. Kemudian tidak perlu segan-segan berkomunikasi secara personal dengan pembeli.

"Pembeli itu kan pertama dia melihat-lihat dulu, kita komunikasi dan tanya, berarti dia ingin gadget seperti ini dengan budget sekian. Dengan begitu, kita kasih rekomendasi. Dari situ obrolan terus berlanjut," tuturnya.

Darmawan juga meyakini jangan pernah takut untuk berjualan smartphone melalui toko offline meskipun penetrasi toko online sangat masif. Sebab, penjualan secara offline dengan pendekatan secara personal memiliki keunggulan tersendiri di mata pembeli.

"Memang saingan kita toko online, mereka bahkan bisa dapat harga yang lebih murah. Tapi tidak semua orang percaya dengan toko online, kita ambil pasar di situ. Customer yang sudah kita touch akan percaya. Pembeli pasti konsultasi mana sih yang bagus. Nah, di situ kita diskusi. Hal itu enggak bisa didapat beli secara online," tegasnya.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini