Breaking News

MAKRO Bank Dunia Apresiasi Keberhasilan Indonesia Lewati Gejolak Ekonomi di 2016 17 Jan 2017 16:13

Article image
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves (Foto: Ist)
"Dalam beberapa bulan terakhir muncul ketidakpastian global yang cukup berat. Semua negara di dunia merasakannya tapi Indonesia cukup mampu melewatinya dengan baik..."

JAKARTA, IndonesiaSatu.co -- Bank Dunia menegaskan Indonesia adalah salah satu negara  yang berhasil melalu periode sulit pada 2016. Salah satu periode yang mampu dilewati adalah pasca pemilihan Donald Trump menjadi Presiden AS dimana pasar keuangan di ndonesia tidak mengalami gejolak yang dalam.

Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia mengatakan, periode 2016 merupakan rentang waktu yang sulit bagi banyak negara di dunia. Berulang kali ada persoalan di suatu negara menimbulkan ketidakpastian global dan menjadi sentimen negatif bagi negara lain.

Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil melalui situasi tersebut. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat merosot namun tidak terjadi cukup dalam.

"Dalam beberapa bulan terakhir muncul ketidakpastian global yang cukup berat. Semua negara di dunia merasakannya tapi Indonesia cukup mampu melewatinya dengan baik," katanya dalam acara Peluncuran Laporan Terbaru Ekonomi Indonesia di Pakarti Centre Building, Jakarta, Selasa (17/01/2017).

Chaves mengatakan,  banyak negara yang terperosok cukup jauh dari kondisi sebelumnya, terutama negara berkembang. Serentak pasar keuangan banyak negara terkena gejolak. Meski besaran gejolaknya beragam. Bahkan negara seperti Brasil dan Rusia harus berjuang dari krisis ekonomi.

Dalam catatan Bank Dunia, Indonesia yang cukup baik melewati gejolak terlihat pada depresiasi rupiah yang terjadi hanya 3% pada kuartal terakhir di 2016. Pasar ekuitas kembali membaik walau tidak sepenuhnya setelah mengalami penurunan sebesar 3,6%.

Inflasi di Indonesia masih pada kisaran yang ditetapkan, yakni sebesar 3,02%. Faktornya utamanya adalah pengendalian harga beras dan bahan bakar. Pertumbuhan ekonomi dimungkinkan mencapai 5,1% pada 2016 yang didorong konsumsi rumah tangga dan investasi.

Pemerintah juga dianggap berhasil dalam mengendalikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dengan realisasi defisit 2,46% terhadap PDB pada akhir tahun. Padahal sebelumnya Bank Dunia memproyeksikan defisit mencapai 2,8% dari PDB. Ini tidak lepas dari optimalisasi kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty.

Di sisi lain, adanya perbaikan untuk kemudahan berusaha Indonesia. Sebanyak 14 paket kebijakan yang sudah diluncurkan pemerintah berpengaruh terhadap masuknya investasi asing ke dalam negeri.

"Indonesia sudah berkomitmen untuk menjalankan reformasi, maka itu harus dilanjutkan agar menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas," ujarnya.

---

Komentar