Sunday, January 11, 2015

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 177

Sebelumnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 176.

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 176

Beberapa waktu kemudian, Ibu Suri Hamida memanggil Raja Jalal bersama para wanita (seperti Ratu Ruqaiya, Ratu Jodha, Ratu Salima, PM Maham, Jiji Anga, dan Gulbadan). Melihat perkumpulan wanita, Raja Jalal menjadi heran dan bertanya, “Ibu, kenapa semua orang ada di sini?”

“Paduka Jalal,” sahut Ibu Suri dengan nada penuh kelembutan, “Anda adalah seorang raja yang bijaksana yang selalu memberikan apapun yang kami maui. Bahkan, Anda selalu lebih memberikannya. Maksudku memanggil semua orang, termasuk Anda, adalah aku ingin meminta supaya Bakshi Bano dimaafkan. Biar bagaimana dia adalah adikmu.”

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 176
Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 176

Raja Jalal berdiri dan pergi tanpa berkata-kata. Baru selangkah, dia berhenti dan berbalik, mengatakan, “Ibu, selama ini saya selalu menuruti apapun yang Ibu mau. Tapi kali ini, berhentilah berharap aku akan memaafkan Bakshi Bano. Aku tak bisa lemah kepada seorang pengkhianat, khususnya, orang yang berusaha memperalat ratuku!!!”

Semua wanita yang hadir di sana saling berpandangan. Mereka kemudian memandangi Raja Jalal, yang kemudian meminta pendapat Bibi Gulbadan, Ratu Salima, dan Ratu Ruqaiya. Ketiganya sepakat bahwa ada baiknya Raja Jalal mempertimbangkan kembali hukumannya terhadap Bakshi Bano. Raja Jalal menatap ketiganya satu per satu. "Baiklah," katanya setelah mengambil tempat duduknya kembali, "Aku telah mendengar pendapat kalian. Walaupun kalian menyatakan hal yang senada, tapi tetap kunyatakan bahwa keputusanku takkan berubah!"

Sebagai ibu dari Raja Jalal dan Bakshi Bano, Ibu Suri Hamida memohon dengan sangat kepada Raja Jalal memikirkan kembali. Dia mengatakan, "Paduka Jalal, biar bagaimanapun, Bakshi Bano adalah adikmu. Saat ini, dia membutuhkanmu." Tetap saja, Raja Jalal teguh pendiriannya. Bahkan ketika PM Maham melontarkan pendapatnya sekalipun, tak bergeming Raja Jalal soal Bakshi Bano ini.

"Baik, karena Paduka Jalal tetap memilih pada keputusannya, maka tak ada gunanya bicara lebih lanjut," ungkap Ratu Ruqaiya. "Saya mohon undur diri dulu." Wanita-wanita lainnya turut undur diri juga begitu ratu kepala pamit. Di sana, tinggal Raja Jalal seorang bengong seorang diri.

*

Selepas bertemu Raja Jalal, wanita-wanita berdiskusi kembali. Ibu Suri menerangkan kepada Ratu Ruqaiya bahwa seharusnya mereka mendorong Raja Jalal lebih lagi. Namun, Ratu Ruqaiya menilai sebaliknya. Dia mengatakan sekeras apapun mendorong Raja Jalal untuk tidak mengurangi hukuman Bakshi Bano. "Kalian kan tahu bagaimana watak Paduka Jalal. Sekali memutuskan sesuatu sulit untuk mengubahnya," katanya, "Sia-sia memintanya untuk mengubah keputusan."

Ratu Salima setuju dengan apa yang dikatakan Ibu Suri Hamida. Dia mengungkapkan walaupun terlihat tidak mau memaafkan Bakshi Bano tapi tampaknya Raja Jalal mengkhawatirkannya. PM Maham menyanggah pendapat Ratu Salima. Dia menyebutkan bahwa selama ini kan Raja Jalal dikenal "tidak punya hati", jadi takkan memutuskan segala sesuatu berdasarkan emosi semata. Kata-kata PM Maham diamini Ratu Ruqaiya dan bila terus memaksakan pendapat untuk meminta melepaskan Bakshi Bano, yang terjadi adalah Raja Jalal akan marah padanya.

Ketika hampir semua wanita pecah pendapatnya, Ratu Jodha masih tetap menggebu untuk membebaskan Bakshi Bano dan Sharifudin dari hukuman. Dia minta mereka untuk pergi saja - biar dirinya yang akan berusaha meluluhkan hati Raja Jalal sendiri. PM Maham menilai apa yang dilakukan Ratu Jodha mustahil, sebab permintaan Ibu Suri Hamida saja tidak digubris, apalagi permintaan Ratu Jodha. Senada dengan PM Maham, Ratu Ruqaiya menimpali, "Sepertinya Ratu Jodha merasa kata-katanya akan lebih didengarkan dibandingkan kita semua."

Tentu saja Ratu Jodha menampik sangkaan Ratu Ruqaiya. Dia hanya berusaha menjelaskan kepada Raja Jalal bahwa biar bagaimanapun dia adalah kakaknya Bakshi Bano. Selain itu, Ratu Jodha merasa sedih mengetahui Bakshi Bano sedih.

Ibu Suri kemudian mengatakan bahwa semuanya kini bergantung kepada Ratu Jodha. Dia takkan menghalang-halanginya. "Orang bilang pohon akan berhenti bila dihajar angin. Mungkin saja kamu akan berhasil kali ini. Kuharap Paduka Jalal akan mendengarkan kata-katamu," ungkapnya.

Ratu Jodha pun kemudian pergi dengan restu Ibu Suri. Sementara Ratu Ruqaiya masih berkomentar jika upaya Ratu Jodha akan sia-sia. Bahkan, dia menilai jika bukan tak mungkin Raja Jalal malah akan menghukumnya, karena berpihak pada pengkhianat. PM Maham tersenyum senang mendengarnya.

*

Raja Jalal pergi ke timbangan besar dan memikirkan kehamilan Bakshi Bano. Ingatannya melayang saat dirinya memutuskan hubungan persaudaraan dengan Bakshi Bano. Dia mendekati timbangan besar kemudian memegang salah satu tali yang menyangga anak timbangan.

Muncullah Ratu Jodha dan memanggilnya, "Paduka." Raja Jalal menoleh ke arah Ratu Jodha dan memandangi sang istri dengan raut wajah yang sama sekali sulit diartikan. Dia kemudian menukas bahwa tetap takkan mengubah keputusannya!

"Kalau begitu kenapa Anda tampak galau? Saya paham, Anda merasa begini karena Anda merasa belum menetapkan keputusan yang benar. Anda memang telah memberi keadilan bagi orang-orang yang bersalah, entah itu Sharifudin, Adham Khan, Abu Mali, ataupun Bakshi Bano," tukas Ratu Jodha.

"Inilah hukum Mughal, Ratu Jodha!" 

"Ya, tapi hukum Mughal juga menyebutkan tidak boleh menghukum yang tak bersalah," sahut Ratu Jodha cepat-cepat, "Anda memang telah melakukan hal yang benar terhadap Sharifudin dan Bakshi Bano. Pertanyaannya bagaimana dengan anak mereka yang belum lahir? Apa yang memberi Anda alasan untuk menghukumnya juga? Apa yang akan dipikirkan sang anak kelak ketika telah dewasa? Sudah barang tentu, dia akan mempertanyakan hukum Mughal dan membencinya, karena kedua orang tuanya telah terpisahkan oleh hukum itu."

Dia meminta Raja Jalal memikirkan orang yang tidak bersalah, walaupun belum lahir. Dia juga menyebutkan bahwa ikatan yang mengikat mereka dengan orang-orang di sekitar mereka sangatlah rumit. Karena itu, mereka harus berhati-hati menjaga ikatan itu.

Ratu Jodha menambahkan, "Anda adalah orang yang takkan menghukum orang tak bersalah. Waktu Shivani melarikan diri, Anda tak memberi saya hukuman. Kenapa? Anda tahu saya tidak bersalah. Biarpun Bakshi Bano bersalah, Anda punya tanggung jawab lebih, memikirkan nasib anaknya kelak. Kedatangan saya hanya ingin mengingatkan Anda akan tanggung jawab itu. Jika korban telah memutuskan mengampuni pelaku, maka peringanlah hukumannya."

Dia mengatakan contoh seperti Ratu Ruqaiya yang memutuskan mengampuni Adham Khan yang kemudian dibebaskan. Juga ketika Mirza Hakim memaafkan Ayah Ratu Jodha. Dia kemudian mempertanyakan setelah dirinya memaafkan Bakshi Bano, kenapa Raja Jalal tidak setuju mengampuninya?

"Pikirkanlah kembali keputusan Anda, Paduka. Demi cinta Anda pada adik Anda, Bakshi Bano. Bila Anda tidak memikirkan kembali, itu sama halnya Anda bersikap tak adil pada saya, Baginda. Pikirkanlah calon anaknya kelak." Setelah mengatakan hal itu, Ratu Jodha pergi dengan berlinangan air mata.

Selepas Ratu Jodha pergi meninggalkannya, Raja Jalal kemudian meletakkan cincinnya di salah satu anak timbangan. Kini timbangan itu berat sebelah, tak lagi seimbang.

*

Bakshi Bano tengah naik tangga di kamar tahannya dan mendadak kakinya slip. Untung Raja Jalal tiba tepat waktu dan langsung menangkap tubuhnya. “Kamu baik-baik saja?” tanya Raja Jalal dengan raut wajah penuh kecemasan. Belum sempat Bakshi menjawabnya, dia berteriak memanggil para pelayan dan menyalahkan mereka atas keteledoran yang terjadi pada adiknya. Dia menukasi, “Kemana kalian semua – bukannya mengawasi Bakshi Bano! Bila terjadi sesuatu padanya, kubakar kalian hidup-hidup! Pergi!”

Melihat sikap protektif kakaknya, Bakshi Bano tersenyum.

“Kamu semusti tidak seceroboh itu, Bakshi. Kini kamu punya tanggung jawab terhadap dua nyawa: dirimu dan jabang bayi dalam kandunganmu. Perlu kamu ingat, aku selalu memaafkanmu atas kesalahan yang kamu perbuat. Namun, kali ini kamu dalam kondisi hamil. Satu kesalahan membahayakan nyawa jabang bayimu, takkan kuberi maaf kamu, mengerti!”

Tertawa Bakshi Bano menatap kakak tercintanya yang tengah emosi – dia merasa kakaknya itu sudah berubah pikiran. Dia memeluknya seraya meminta maaf. Raja Jalal memberikan pelukan penuh cinta kepada adiknya. Sontak ini membuat haru Bakshi Bano. Air matanya pun meleleh.

“Berhentilah menangis, Bakshi. Aku telah memberimu maaf. Kemarahanku telah mereda,” tukas Raja Jalal.

Bakshi Bano melepas pelukannya, dan bertanya, “Kenapa Anda tidak memaafkan saya lebih awal lagi? Anda tahu, betapa saya rindu pada Anda? Ketahuilah Kakak, saya menyesal dan merutuki diri sendiri atas kesalahan yang sudah saya perbuat.”

Raja Jalal meminta adiknya menemui Ratu Jodha. Karena sang ratu telah memberinya maaf dan akan berjalan bersisian bersama Bakshi Bano. Raja Jalal kemudian membawa Bakshi Bano adiknya kembali ke istana.

*

Di istana, Raja Jalal memegang pundak Bakshi Bano, menuju kamar tempatnya tinggal sebelumnya. Di sana, Ratu Jodha dan Moti telah menunggu kedatangan keduanya. Mereka saling bertukar salam. Raja Jalal dan Bakshi Bano masuk diiringi Ratu Jodha dan Moti.

Di dalam kamar para pelayan telah menanti. Raja Jalal memerintahkan mereka utuk menjaga Bakshi Bano sepenuh hati – memastikan semua kebutuhannya terpenuhi. Dia juga mengancam bila sampai tugas-tugas itu tidak terlaksana dengan baik, maka siap-siap mendapatkan hukuman. Para pelayan mengiyakan.

Raja Jalal kemudian meminta Bakshi Bano tetirah. Kemudian dia meninggalkannya bersama Ratu Jodha dan Moti di sana – sebelum pergi sempat Raja Jalal memandangi Ratu Jodha. Dari tatapan mata, Ratu Jodha seolah ingin mengucapkan terima kasih. Mereka berdua tampaknya sudah saling mengerti satu sama lain. Raja Jalal akhirnya pergi.

Selepas Raja Jalal pergi, Bakshi Bano memeluk Ratu Jodha erat. Dia mengucapkan terima kasih, hanya kata-kata Ratu Jodha yang didengar oleh Raja Jalal dan merasa bersyukur telah memiliki kakak ipar sepertinya. Ratu Jodha hanya mengatakan bahwa seharusnya Bakshi Bano tidak bersikap berlebihan, toh mereka adalah saudara. Bakshi Bano mengangguk, kemudian mengatakan bahwa dirinya menyesal dengan apa yang telah dilakukannya dulu terhadap Ratu Jodha.

“Anggap semua itu masa lalu, Bakshi. Pikirkanlah kebahagiaan yang akan kamu sambut ke depan nanti,” sahut Ratu Jodha seraya tersenyum lepas.

*

Sebagai orang yang diperintahkan menangani masalah pencurian dan keamanan dalam negeri, Adham Khan mengumpulkan anak buahnya. Dia meminta mereka untuk tidak melakukan penjarahan dan membuat onar lagi (hahaha, lingkaran setan ini namanya). Para anak buah menanyakan soal kegiatan lainnya – macam mengeluarkan napi secara ilegal dari penjara atau jual-beli budak?

“Lanjutkan!” sahut Adham Khan, “Yang perlu kalian ingat, berhati-hatilah. Aku bisa kena masalah nanti jika kalian tertangkap. Saat ini, Raja Jalal kerap 'blusukan' dengan cara menyamar sebagai orang biasa.”

Tidak lama kemudian, istrinya yang rada ngehang otaknya yaitu Javeda datang diiringi para pelayan. Setelah bertukar salam, Javeda mengungkapkan bahwa dirinya senang bisa bertemu Adham Khan setelah lama mencarinya (dikatakan selama berjam-jam, tapi lebayanya Javeda aja ini :p).

“Untuk apa kamu mencariku?”

“Saya hanya ingin mengucapkan selamat, karena Anda telah mendapat promosi dari Raja Jalal untuk menangkap para penjahat! Jika Anda sudah menangkapi mereka semua, akan saya pukul kepala para penjahat itu, kemudian menaburkan garam dan bubuk cabe di atasnya. Oiya, jangan lupa beri mentega dan gula, supaya mereka dirubung semut.”

Kepala Adham Khan mendadak pusssssying ketika Javeda terus mengoceh tanpa henti. Dia pun mencabut belatinya dan menghunuskannya pada istrinya sendiri. Terperangahlah Javeda, dan menjawab bahwa dirinya hanya memberikan ide hukuman yang layak bagi para penjahat, tapi kenapa Adham Khan menghunuskan belati padanya? Seharusnya belati itu diarahkan kepada para penjahat yang Adham Khan tangkap!

“Pergilah!” perintah Adham Khan sebelum kesabarannya habis, “Buatkan aku makanan enak!” Segera Javeda pergi sambil meracau. Adham Khan merutuk diri sendiri memiliki istri macam Javeda. Dia merasa Tuhan sudah memberinya hukuman atas balasan perbuatannya tanpa harus menunggu kiamat.

*

Ratu Ruqaiya dan PM Maham bermain catur. Seperti biasa PM Maham memberikan kata-kata bijaknya untuk membuat Ratu Ruqaiya meningkat adrenalinnya. Namun, Ratu Ruqaiya mencoba tenang dan berdalih bahwa dirinya telah menciptakan ruang bagi Raja Jalal dan Ratu Jodha.

“Kini Baginda lebih mendengarkan apa yang dikatakan Ratu Jodha dibandingkan Anda. Ya, berkat Ratu Jodha, saat ini Bakshi Bano telah bebas.”

“Dia hanya melakukan apa yang perlu dilakukan,” sahut Ratu Ruqaiya tetap tenang, “Seperti catur, hanya ada aku dalam hidup Raja Jalal.”

“Skak-mat!” kata PM Maham, “Anda kalah Ratu Ruqaiya. Hmm, sepertinya ini akibat ratu Anda terlalu percaya diri meninggalkan rajanya, yang dikitari para pion, di belakangnya. Kesal, Ratu Ruqaiya memilih tidur saja. PM Maham kemudian merasa bahwa Raja Jalal benar-benar akan terampas dari tangan Ratu Ruqaiya. 

Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 178.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 177

0 komentar:

Post a Comment