Harga Terbaru

Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Mengaku Hamil

http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/


Cerita Lucu Abu Nawas - Sultan Harun Al-Rasyid dikabarkan sedang stress di istana.
Konon penyebabnya sudah 7 bulan Abu Nawas tak menghadap kepada dirinya, akibatnya suasana istana jadi sepi tanpa kehadiran Abu Nawas.

Dia menyesal karena melarang Abu Nawas berkunjung ke istana sehingga membuat Abu Nawas benar-benar tak muncul di hadapan Raja.

Raja pun akhirnya mencabut sumpahnya dan menyuruh pengawal menemui Abu Nawas tuk mengajaknya ke istana.

"Mungkin ABu Nawas marah kepadaku, pergilah ke rumahnya dan ajaklah Abu Nawas menemuiku," perintahnya.

Pengawal Raja pun berkunjung ke rumah Abu Nawas dan di luar dugaan, Abu Nawas menolak tawaran pengawal Raja itu.

Abu Nawas mengaku tengah hamil dan hendak melahirkan.

"Tolong sampaikan kepada Raja, aku sakit dan hendak bersalin dan aku sedang menunggu dukun beranak tuk mengeluarkan bayiku ini," kata Abu Nawas sambil mengelus perutnya yg buncit.

Maka kembalilah pengawal Raja itu dan menyampaikan kabar sebenarnya.

"Ajaib benar," kata Baginda Raja dlam hati setlah mendengar laporan pengawalnya.
"Baru kali ini aku mendengar kabar seorang lelaki bisa hamil," katanya heran.

Maka Raja pun akhirnya berkeinginan menengok Abu Nawas.
Dia pergi dengn di iringi sejumlah menteri dan para punggawa ke rumah Abu Nawas.
Begitu melihat Raja datang, Abu Nawas pun berlari-lari menyambut dan menyembah kakinya.

"Ya tuanku, berkenan juga rupanya tuanku datang ke rumah hamba yg hina ini," ucap Abu Nawas.

Raja pun kemudian di persilahkan duduk di tempat yg paling terhormat.
Sementara Abu Nawas duduk bersila di bawahnya.

"Ya Tuanku, apakah yg menyebabkan Tuanku datang ke rumahku ini?" tanya Abu Nawas.
"Aku kemari karena ingin tahu keadaanmu, engkau dikabarkan sakit hendak melahirkan dan sedang menunggu dukun beranak, benarkah demikian?" jawab Raja.

Abu Nawas tak menjawab, dia hanya tersenyum.
"Coba jelaskan perkataanmu. Siapa lelaki yg hamil dan siapa dukun beranaknya," tanya Raja lagi.
Maka dengn senang hati berceritalah Abu Nawas.

"Konon....Baginda mengusirku dari istana, tetapi setlah 7 bulan berlalu tanpa alasan yg jelas, sang Raja memanggil hamba ke istana, ini ibarat hubungan laki-laki dan perempuan yg kemudian hamil tanpa menikah.
Tentu sja itu melanggar adat dan agama, menggegerkan seluruh negeri," cerita Abu Nawas.

Abu Nawas menjelaskan bahwa sebagai seorang pemimpin, seharusnya Raja tak mengeluarkan titah yg plin-plan, tak boleh mencabut perintahnya lagi.
Jika itu dilakukan, ibarat menjilat air ludah sendiri dan itulah tanda-tanda pengecut.

"Oleh karena itu harus berfikir masak-masak sebelum bertinda, itulah tamsil seorang lelaki yg hendak bersalin," cerita Abu Nawas menyindir Baginda Raja.
"Lalu bagaimana dengn dukun beranak itu?" tanya Baginda.

"Adapun dukun beranak yg ditunggu, adalah Baginda kemari, dengn kedatangan Baginda kemari, berarti hamba sudah melahirkan, artinya hilangnya rasa sakit ato takut hamba kepada Baginda," cetus Abu Nawas.

"Bukan begitu Abu Nawas, aku tak sungguh-sungguh melarangmu ke istana, melainkan hanya bergurau.
Besok datanglah engkau ke istana, aku ingin bicara dengnmu," titah Raja.
"Segala titah Baginda, hamba junjung tinggi tuanku," sembah Abu Nawas dengn takzim.
Tapi Raja hanya menggeleng-gelengkan kepala aja.

Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Menghindari Hujan

http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/


Cerita Lucu Abu Nawas - Sejak peristiwa penghancuran barang-barang di istana oleh Abu Nawas yg dilegalisir oleh Baginda, sejak saat itu pula Baginda ingin menangkap Abu Nawas tuk dijebloskan ke penjara.

Sudah menjadi hukum bagi siapa aja yg tak sanggup melaksanakan titah Baginda, maka tak disangsikan lagi dia akan mendapat hukuman. Baginda tahu Abu Nawas amat takut kepada beruang. Suatu hari Baginda memerintahkan prajuritnya menjemput Abu Nawas agar bergabung dengan rombongan Baginda Raja Harun Al Rasyid berburu beruang. Abu Nawas merasa takut dan gemetar tapi dia tak berani menolak perintah Baginda.

Dlam perjalanan menuju ke hutan, tiba-tiba cuaca yg cerah berubah menjadi mendung. Baginda memanggil Abu Nawas. Dengn penuh rasa hormat Abu Nawas mendekati Baginda.

"Tahukah mengapa engkau aku panggil?" tanya Baginda tanpa sedikit pun senyum di wajahnya.

"Ampun Tuanku, hamba belum tahu." kata Abu Nawas.

"Kau pasti tahu bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Hutan masih jauh dari sini. Kau kuberi kuda yg lamban. Sedangkan aku dan pengawal-pengawalku akan menunggang kuda yg cepat. Nanti pada waktu santap siang kita berkumpul di tempat peristirahatanku. Bila hujan turun kita harus menghindarinya dengn cara kita masing-masing agar pakaian kita tetap kering. Sekarang kita berpencar." Baginda menjelaskan.

Kemudian Baginda dan rombongan mulai bergerak. Abu Nawas kini tahu Baginda akan menjebaknya. Dia harus mancari akal. Dan ketika Abu Nawas sedang berpikir, tiba-tiba hujan turun.
Begitu hujan turun Baginda dan rombongan segera memacu kuda tuk mencapai tempat perlindungan yg terdekat. Tapi karena derasnya hujan, Baginda dan para pengawalnya basah kuyup. Ketika santap siang tiba Baginda segera menuju tempat peristirahatan.

Belum sempat baju Baginda dan para pengawalnya kering, Abu Nawas datang dengn menunggang kuda yg lamban. Baginda dan para pengawal terperangah karena baju Abu Nawas tak basah. Padahal dengn kuda yg paling cepat pun tak dapat mencapai tempat berlindung yg paling dekat.

Pada hari kedua Abu Nawas diberi kuda yg cepat yg kemarin ditunggangi Baginda Raja. Kini Baginda dan para pengawal-pengawalnya mengendarai kuda-kuda yg lamban. Setlah Abu Nawas dan rombongan kerajaan berpencar, hujan pun turun seperti kemarin. Malah hujan hari ini lebih deras daripada kemarin. Baginda dan pengawalnya langsung basah kuyup karena kuda yg ditunggangi tak dapat berlari dengn kencang.

Ketika saat bersantap siang tiba, Abu Nawas tiba di tempat peristirahatan lebih dahulu dari Baginda dan pengawalnya. Abu Nawas menunggu Baginda Raja. Selang beberapa saat Baginda dan para pengawalnya tiba dengn pakaian yg basah kuyup. Melihat Abu Nawas dengn pakaian yg tetap kering Baginda jadi penasaran. Beliau tak sanggup lagi menahan keingintahuan yg selama ini disembunyikan.

"Terus terang begaimana caranya menghindari hujan, wahai Abu Nawas." tanya Baginda.
"Mudah Tuanku yg mulia." kata Abu Nawas sambil tersenyum.

"Sedangkan aku dengn kuda yg cepat tak sanggup mencapai tempat berteduh terdekat, apalagi dengn kuda yg lamban ini." kata Baginda.

"Hamba sebenarnya tak melarikan diri dari hujan. Tetapi begitu hujan turun hamba secepat mungkin melepas pakaian hamba dan segera melipatnya, lalu mendudukinya. Ini hamba lakukan sampai hujan berhenti." Diam-diam Baginda Raja mengakui kecerdikan Abu Nawas.

Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Menampar Pipi Raja

http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/


Cerita Lucu Abu Nawas - Pada suatu hari, Abu Nawas singgah di rumah kenalannya, seorang Yahudi. Di sana tengah berlangsung permainan musik yg meriah. Banyak orang yg menonton sehingga suasana begitu meriah. Semua tamu yg hadir terlibat dlam permainan musik indah itu, termasuk Abu Nawas yg baru aja masuk.
Ada yg bermain kecapi, ada yg menari-nari dan sebagainya, semuanya bersuka ciata.

Ketika para tamu sudah kehausan, tuan rumah menyuguhkan kopi kepada para hadirin. Masing-maisng mendapat secangkir kopi, termasuk Abu Nawas.
Ketika Abu Nawas hendak meminum kopi itu, dia ditampar oleh si Yahudi. Namun karena sudah terlanjur larut dalam kegembiraan, hal itu tak dia hiraukan dan diangkatnya lagi cangkirnya, tapi lagi-lagi ditampar.

Ternyata tamparan yg diterima Abu Nawas pada malam itu cukup banyak sampai acara selesai sekitar pukul 2 dini hari.

Di tengah jalan, baru terpikir oleh Abu Nawas,
"Jahat benar perangai Yahudi itu, main tampar aja. Kelakuan seperti itu tak boleh dibiarkan berlangsung lama di Baghdad. Tapi, apa dayaku hendak melarangnya?" pikirnya dlam hati.
"Ahaa..aku ada akal," guman Abu Nawas selanjutnya.

Keesokan harinya, Abu Nawas menghadap Raja Harun Ar-Rasyid di istana.
"Tuanku, ternyata di negeri ini ada suatu permainan yg belum pernah hamba kenal, sangat aneh," lapor Abu Nawas.
"Di mana tempatnya?" tanya Baginda.
"Di tepi hutan sana Baginda," kata Abu Nawas.
"Mari kita lihat," ajak Baginda.
"Nanti malam kita pergi berdua aja dan Tuanku memakai pakaian santri," ucap Abu Nawas.

Setlah Shalat Isya, maka berangkatlah Baginda dan Abu Nawas ke rumah Yahudi itu.
Ketika sampai di sana, kebetulan si Yahudi sedang asyik bermain musik dengn teman-temannya, maka Baginda pun dipersilahkan duduk.
Ketika diminta tuk menari, Baginda menolak sehingga dia dipaksa dan ditampar pipinya kanan kiri.

Sampai di situ Baginda baru sadar bahwa dia tlah dipermainkan oleh Abu Nawas.
Tapi apa daya dia tak mampu melawan orang sebanyak itu.

Maka, menarilah Baginda sampai keringat membasahi seluruh tubuhnya yg gendut itu. Setlah itu barulah diedarkan kopi kepada semua tamu, dan melihat hal itu, Abu Nawas meminta izin tuk keluar ruangan dengn alasan akan pergi ke kamar mandi tuk kencing.

"Biar Baginda merasakan sendiri peristiwa itu, karena salahnya sendiri tak pernah mengetahui keadaan rakyatnya dan hanya percaya kepada laporan para menteri," pikir Abu Nawas dlam hati sembari meluncur pulang ke rumahnya.

Tatkala hendak mengangkat cangkir kopi ke mulutnya, Baginda ditampar oleh si Yahudi itu. Ketika dia hendak mengangkat kopi cangkirnya lagi, dia pun terkena tamparan lagi begitu seterusnya hingga Baginda belum pernah mencicipi barang sedikit aja kopi yg disuguhkan.,

Pada pagi harinya, setlah bangun tidur, Baginda Raja Harun Ar-Rasyid memerintahkan seorang pelayan istana tuk memanggil Abu Nawas.
"Wahai Abu Nawas, baik sekali perbuatanmu tadi malam, engkau biarkan diriku dipermalukan seperti itu," kata Baginda.
"Mohon ampun wahai Baginda Raja, pada malam sebelumnya hamba tlah mendapat perlakuan yg sama seperti itu. Apabila hal itu hamba laporkan secara jujur, pasti Baginda tak akan percaya. Dari itu, hamba bawa Baginda ke sana agar mengetahui dengn kepala sendiri perilaku rakyat yg tak senonoh itu," jawab Abu Nawas membela diri.

Baginda tak bisa membantah ucapan Abu Nawas, lalu disuruhnya beberapa pengawal tuk memanggil si Yahudi itu.
"Wahai Yahudi, apa sebabnya engkau menampar aku tadi malam," tanya Baginda marah.
"Wahai Tuanku, sesungguhnya hamba tak tahu jika malam itu adalah Tuanku. Jika sekiranya hamba tahu, hamba tak akan berbuat seperti itu," jawab si Yahudi membela diri.

Apa daya, pembelaan Yahudi tak disetujui oleh Baginda. Karena menampar orang termasuk perbuatan maksiat dan Baginda harus mengambil tindakan tegas karenanya.
"Sekarang terimalah pembalasanku," kata Baginda.
"Ampunilah hamba, Tuanku," ucap si Yahudi.

Segera aja Baginda memerintahkan para prajurit tuk memasukkan si Yahudi ke dlam penjara.
Sejak saat itu Raja Harun amat memperhatikan rakyatnya. Dia berterimakasih atas laporan yg diberikan oleh Abu Nawas tersebut.

Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas & Sebotol Susu

http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/


Cerita Lucu Abu Nawas - Sore itu Raja Harun Al-Rasyid sedang berjalan-jalan menikmati udara senja di sekitar alun-alun kerajaan. Ketika sedang menikmati pemandangan pohon kurma yang tumbuh subur disepanjang pinggiran alun-alun, ia melihat sosok pria yang selama ini terkenal di kerajaannya.

“Hmmm…!!! Mau kemana orang itu?” Dengus Tuan Harun seraya melangkahkan kakinya menghampiri pria tersebut.

Pria itu berwajah jenaka, memakai topi bahan katun, dan ia tak henti-hentinya tersenyum bila bertemu dengan Raja. Pria itu hanya tersenyum lembut ketika melihat Tuan Harun menghampirinya dengan tampang penasaran.

“Abu Nawas! Mau kemana kamu?” Abu Nawas malah bersenandung riang. Tuan Al-Rasyid merasa tersinggung dengan sikap Abu Nawas. Ia menghadang jalan Abu Nawas.

“Oh, Tuanku! Kiranya izinkan saya berjalan karena saya sedang membawa remaja putri sang pemalu!” ujar Abu Nawas sambil bersyair.

“Remaja Putri? Siapa maksudmu? Ku lihat kamu tidak membawa apa-apa!”

Abu nawas mengeluarkan sebuah botol berisi cairan berwarna merah dan memperlihatkannya pada Tuan Al-Rasyid.

“Ini Tuan!

“Kurang ngajar kamu! Kamu mau menipuku, Abu Nawas? Itu pasti arak! Coba ku lihat!” Tuan Al-Rasyid merebut botol itu dari Abu Nawas.

“Sungguh berdosa jika saya membawa arak, Tuanku. Itu hanyalah sebotol susu!” Tuan Al-Rasyid nampak tak percaya.

“Mana ada susu warnanya merah, Abu Nawas!? Kamu mengarang saja.” Tuan Al-Rasyid menyerahkan botol itu kepada Abu Nawas.

“Begini Tuan, sewaktu Tuan belum datang mengganggu perjalanan saya, susu itu masih berwarna putih. Namun ketika ia mendengar suara Tuan Harun Al-Rasyid, ia merona merah karena malu melihat Sang Raja yang gagah nan perkasa. Coba raja pergi dari sini, pasti susu ini kembali berwarna putih.” Raja Harun Al-Rasyid tertawa terbahak mendengar cerita Abu Nawas.

“Nawas…Nawas! Masa susu memiliki rasa malu. Ada-ada saja kamu!”

Sejak itu Abu Nawas sering di panggil ke istana untuk menghibur tamu kerajaan. Rupanya susu yang dibawa Abu Nawas sedikit di campur oleh sirup berwarna merah. Namun raja mengira itu adalah arak.

Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Terkena Hukuman Mati

http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/


Cerita Lucu Abu Nawas - Pada suatu waktu sang raja mengajak Abu Nawas berburu kedalam hutan, tiba tiba saja raja tak tahan mau buang air besar, disebabkan sudah kebelet jadi sang raja buang air besar disungai yang airnya mengalir kearah utara. Setelah para pengawalnya menyiapkan tempat untuk raja buang hajat sang rajapun menyelesaikan hajatnya sambil mengelus perut buncitnya sambil bergumam,.. "Aghhh,..Lega,...!!"

Ketika raja hendak beranjak pergi meneruskan perburuannya dia dikagetkan oleh sebuah kotoran yang terbawa arus sungai dari selatan. Raja murka bukan kepalang,.. sambil berteriak memanggil pengawal setianya si Abu Nawas.

Raja : "Pengawal,...!!!,...Heh Abu Nawas di mana kamu??!!" (bentak raja memanggil Abu Nawas pengawalnya)
Abu Nawas : "Hamba paduka,..!"

Terlihat abu nawas berlari dari semak di bawah pohon dekat sungai sebelah selatan sambil mengencangkan ikat pinggangya.

Abu Nawas : "Ada apa paduka raja,..?"

Raja : "Lihat itu,..siapa yang berani buang kotoran di sungai tanpa seijin dariku,..tangkap dan bawa kekerajaan aku akan menjatuhkan hukuman mati padanya tak perduli siapapun dia,...cepat!!! tangkap dia bawa keempat prajurit bersamamu,..!"

Abu Nawas : "a...a...begini ba,..ba,..baginda raja,..saya,...saya,...."

Abu Nawas terlihat gugup melihat kemurkaan sang raja,..tiba tiba seorang prajurit berkata pada sang raja,..

Prajurit : "Ampun baginda raja,..kotoran tersebut adalah milik Abu Nawas paduka,..."
Raja : "Apaaaa,...??!!! berani benar kamu Abu Nawas,... engkau sudah aku angkat sebagai pengawalku tapi kamu melanggar undang undang yang aku buat,..!! tak perduli siapapun dia Prajurit,...!!tangkap Abu Nawas dan bawa keistana aku akan memberinya hukuman mati,..!"


Abu Nawas dibawa ke pengadilan dan raj memberinya vonis Hukuman MATI, sebelum hukuman dilaksanakan raja memberi kesempatan kepada Abu Nawas untuk membela diri.

Abu Nawas : "Baginda raja yang mulia,....hamba rela dijatuhi hukuman mati, hamba hanya ingin menyampaikan alasan hamba buang hajat bersama paduka waktu itu. Yang hamba lakukan adalah bukti kesetiaan hamba kepada paduka raja. Hamba selalu menemani kemanapun paduka pergi,.. saat senang maupun susah dan saat di medan perang, sampai kotoran paduka rajapun harus hamba kawal dengan kotoran hamba. Hanya itu pembelaan dari hamba paduka,.."


Raja tertegun mendengar perkataan Abu Nawas dan membatalkan hukuman matinya, bahkan raja memberikan Abu Nawas hadiah sebuah rumah dan perahu kecil untuk tempat kotorannya apabila mengawal kotoran sang raja.

Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Manusia Bertelur

http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/


Cerita Lucu Abu Nawas - Sudah sejak lama hampir bertahun-tahun Maharaja Harun Al Rasyid ingin mengalahkan Abu Nawas. Namun perangkap-perangkap yang selama ini dibuat semua bisa diatasi dengan cara-cara yang cemerlang oleh Abu Nawas. Baginda Raja tidak putus asa. Masih ada puluhan jaring muslihat untuk menjerat Abu Nawas.

Baginda Raja beserta para menteri sering mengunjungi tempat pemandian air hangat yang hanya dikunjungi para pangeran, bangsawan dan orang-orang terkenal. Suatu sore yang cerah ketika Baginda Raja beserta para menterinya berendam di kolam, beliau berkata kepada para menteri, "Aku punya akal untuk menjebak Abu Nawas."

"Apakah itu wahai Paduka yang mulia ?" tanya salah seorang menteri.

"Kalian tak usah tahu dulu. Aku hanya menghendaki kalian datang lebih dini besok sore. Jangan lupa datanglah besok sebelum Abu Nawas datang karena aku akan mengundangnya untuk mandi bersama-sama kita." kata Baginda Raja memberi pengarahan. Baginda Raja memang sengaja tidak menyebutkan tipuan apa yang akan digelar besok.

Abu Nawas diundang untuk mandi bersama Baginda Raja dan para menteri di pemandian air hangat yang terkenal itu. Seperti yang telah direncanakan, Baginda Raja dan para menteri sudah datang lebih dahulu. Baginda membawa sembilan belas butir telur ayam. Delapan belas butir dibagikan kepada para menterinya. Satu butir untuk dirinya sendiri. Kemudian Baginda memberi pengarahan singkat tentang apa yang telah direncanakan untuk menjebak Abu Nawas.

Ketika Abu Nawas datang, Baginda Raja beserta para menteri sudah berendam di kolam. Abu Nawas melepas pakaian dan langsung ikut berendam. Abu Nawas harap-harap cemas. Kira-kira permainan apa lagi yang akan dihadapi. Mungkin permainan kali ini lebih berat karena Baginda Raja tidak memberi tenggang waktu untuk berpikir.

Tiba-tiba Baginda Raja membuyarkan lamunan Abu Nawas. Beliau berkata, "Hai Abu Nawas, aku mengundangmu mandi bersama karena ingin mengajak engkau ikut dalam permainan kami"

"Permainan apakah itu Paduka yang mulia ?" tanya Abu Nawas belum mengerti.

"Kita sekali-kali melakukan sesuatu yang secara alami hanya bisa dilakukan oleh binatang. Sebagai manusia kita mesti bisa dengan cara kita masing-masing." kata Baginda sambil tersenyum.

"Hamba belum mengerti Baginda yang mulia." kata Abu Nawas agak ketakutan.

"Masing-masing dari kita harus bisa bertelur seperti ayam dan barang siapa yang tidak bisa bertelur maka ia harus dihukum!" kata Baginda.

Abu Nawas tidak berkata apa-apa. Wajahnya nampak murung. la semakin yakin dirinya tak akan bisa lolos dari lubang jebakan Baginda dengan mudah. Melihat wajah Abu Nawas murung, wajah Baginda Raja semakin berseri-seri.

"Nan sekarang apalagi yang kita tunggu. Kita menyelam lalu naik ke atas sambil menunjukkan telur kita masing-masing." perintah Baginda Raja.

Baginda Raja dan para menteri mulai menyelam, kemudian naik ke atas satu persatu dengan menanting sebutir telur ayam. Abu Nawas masih di dalam kolam. ia tentu saja tidak sempat mempersiapkan telur karena ia memang tidak tahu kalau ia diharuskan bertelur seperti ayam. Kini Abu Nawas tahu kalau Baginda Raja dan para menteri telah mempersiapkan telur masing-masing satu butir. Karena belum ada seorang manusia pun yang bisa bertelur dan tidak akan pernah ada yang bisa.

Karena dadanya mulai terasa sesak. Abu Nawas cepat-cepat muncul ke permukaan kemudian naik ke atas. Baginda Raja langsung mendekati Abu Nawas.

Abu Nawas nampak tenang, bahkan ia berlakau aneh, tiba-tiba saja ia mengeluarkan suara seperti ayam jantan berkokok, keras sekali sehingga Baginda dan para menterinya merasa heran.

"Ampun Tuanku yang mulia. Hamba tidak bisa bertelur seperti Baginda dan para menteri." kata Abu Nawas sambil membungkuk hormat.

"Kalau begitu engkau harus dihukum." kata Baginda bangga.

"Tunggu dulu wahai Tuanku yang mulia." kata Abu Nawas memohon.

"Apalagi hai Abu Nawas." kata Baginda tidak sabar.

"Paduka yang mulia, sebelumnya ijinkan hamba membela diri. Sebenarnya kalau hamba mau bertelur, hamba tentu mampu. Tetapi hamba merasa menjadi ayam jantan maka hamba tidak bertelur. Hanya ayam betina saja yang bisa bertelur. Kuk kuru yuuuuuk...!" kata Abu Nawas dengan membusungkan dada.

Baginda Raja tidak bisa berkata apa-apa. Wajah Baginda dan para menteri yang semula cerah penuh kemenangan kini mendadak berubah menjadi merah padam karena malu. Sebab mereka dianggap ayam betina.

Abu Nawas memang licin, malah kini lebih licin dari pada belut. Karena merasa malu, Baginda Raja Harun Al Rasyid dan para menteri segera berpakaian dan kembali ke istana tanpa mengucapkan sapatah kata pun.

Memang Abu Nawas yang kurang pintar itu sebenarnya diakui oleh para ilmuwan sebagai ahli mantiq atau ilmu logika. Gampang saja baginya untuk membolak-balikkan dan mempermainkan kata-kata guna menjatuhkan mental lawan-lawannya.

Kisah Dan Cerita Lucu Abu Nawas Membalas Perbuatan Raja

http://ceritalucu-abunawas.blogspot.com/


Cerita Lucu Abu Nawas - Abu Nawas hanya tertunduk sedih mendengarkan penuturan istrinya. Tadi pagi beberapa pekerja kerajaan atas titah langsung Baginda Raja membongkar rumah dan terus menggali tanpa bisa dicegah.
Kata mereka tadi malam Baginda bermimpi bahwa di bawah rumah Abu Nawas terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya.
Tetapi setelah mereka terus menggali ternyata emas dan permata itu tidak ditemukan.
Dan Baginda juga tidak meminta maaf kepada Abu Nawas, apa lagi mengganti kerugian.

Inilah yang membuat Abu Nawas memendam dendam.
Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia menemukan muslihat untuk membalas Baginda.
Makanan yang dihidangkan oleh istrinya tidak dimakan karena nafsu makannya lenyap.

Malam pun tiba, namun Abu Nawas tetap tidak beranjak.
Keesokan hari Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi.
la tiba-tiba tertawa riang. "Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi." Abu Nawas berkata kepada istrinya.
"Untuk apa?" tanya istrinya heran.
"Membalas Baginda Raja." kata Abu Nawas singkat.

Dengan muka berseri-seri Abu Nawas berangkat menuju istana.
Setiba di istana Abu Nawas membungkuk hormat dan berkata, "Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidak diundang.
Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin dari hamba dan berani memakan makanan hamba."

"Siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai Abu Nawas?" sergap Baginda kasar.

"Lalat-lalat ini, Tuanku." kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya.
"Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda junjungan hamba, hamba mengadukan perlakuan yang tidak adil ini."

"Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?"

Abu nawas berkata : "Hamba hanya menginginkan ijin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat itu."

Baginda Raja tidak bisa mengelakkan diri menolak permintaan Abu Nawas karena pada saat itu para menteri sedang berkumpul di istana.
Maka dengan terpaksa Baginda membuat surat ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu di manapun mereka hinggap.

Tanpa menunggu perintah Abu Nawas mulai mengusir lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di sana sini.
Dengan tongkat besi yang sudah sejak tadi dibawanya dari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukuli lalat-lalat itu.

Ada yang hinggap di kaca. Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hingga hancur, kemudian vas bunga yang indah, kemudian giliran patung hias sehingga sebagian dari istana dan perabotannya remuk diterjang tongkat besi Abu Nawas.

Bahkan Abu Nawas tidak merasa malu memukul lalat yang kebetulan hinggap di tempayan Baginda Raja.
Baginda Raja tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruan yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas dan keluarganya.
Dan setelah merasa puas, Abu Nawas mohon diri.
Barang-barang kesayangan Baginda banyak yang hancur. Bukan hanya itu saja, Baginda juga menanggung rasa malu.

Kini ia sadar betapa kelirunya berbuat semena-mena kepada Abu Nawas.
Abu Nawas yang nampak lucu dan sering menyenangkan orang itu ternyata bisa berubah menjadi garang dan ganas serta mampu membalas dendam terhadap orang yang mengusiknya.
Abu Nawas pulang dengan perasaan lega.
Istrinya pasti sedang menunggu di rumah untuk mendengarkan cerita apa yang dibawa dari istana.