Thursday, January 8, 2015

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 175

Sebelumnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 174.

Di episode sebelumnya, Ratu Jodha memutuskan untuk tidur di luar tenda, setelah Ratu Ruqaiya memintanya begitu. Raja Jalal terdiam, dan hanya menatapnya, mengekori punggungnya yang telah berlalu.

sinopsis Jodha Akbar episode 175

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 175

Sesuai keinginan Ratu Ruqaiya, akhirnya Raja Jalal tidur di dalam tenda dan Ratu Jodha tidur di luar tenda beralaskan tikar. Dia terlelap di alam mimpi sambil ngorok, sementara mata Raja Jalal sama sekali tak bisa terpejam. Ketika malam semakin larut, Raja Jalal memutuskan untuk melihat keadaan Ratu Jodha yang ternyata bisa tertidur dengan lelap. Saat itu seolah terjadi percakapan di antara dua jiwa antara Raja Jalal dan Ratu Jodha.

“Secara fisik, kamu memang jauh dariku meski begitu aku merasa sangat dekat denganmu. Memang, tubuhku bersama Ratu Ruqaiya, tapi jiwaku bersamamu, Ratu Jodha,” kata jiwa Raja Jalal.

“Saya juga merasa Anda begitu dekat selama perjalanan, seolah saya telah mendapatkan hati Anda,” sahut Ratu Jodha.

Lama betul Raja Jalal berdiri memandangi Ratu Jodha yang tengah terlelap. Seolah tahu apa yang dilakukan suaminya, Ratu Ruqaiya terbangun dari tidurnya kemudian keluar mencari Raja Jalal yang ternyata sedang berdiri di depan tenda, memandangi Ratu Jodha yang tengah terlelap. Panas hati Ruqaiya melihatnya. Rasa cemburu, kesal, dan lainnya campur aduk menjadi satu di dadanya, bergemuruh. Ketimbang melihat pemandangan itu, dia memilih masuk ke dalam tenda.

Sementara itu, Ratu Jodha ngolet dan ngililir – orang pertama yang dilihatnya adalah Raja Jalal yang masih berdiri di depan tenda menatapnya. Ratu Jodha tercenung melihatnya.

*

Di tempat terpisah, Adham Khan memarahi prajurit bayarannya yang telah gagal jalankan misi membunuh Raja Jalal. Rupanya, bandit yang memporak-porandakan desanya Todal Mal yang dikalahkan Raja Jalal adalah orang suruhan Adham Khan. Putra PM Maham itu menggeram pada dirinya sendiri. “Sampai kapan aku bisa meraih impianku?!” tanyanya pada diri sendiri.

*

Pada akhirnya, rombongan Raja Jalal kembali ke Agra. Kedatangan mereka disambut oleh Ibu Suri Hamida, Ratu Salima, dan PM Maham. Mereka saling bertukar salam. Melihat semua orang, khususnya Raja Jalal, kembali dengan selamat tanpa kurang suatu apapun membuat hati PM Maham senang.

“Kalian tampak damai?” tanya Ibu Suri sambil tersenyum.

Raja Jalal mengiyakan. “Ini perjalanan yang sangat bagus, Ibu.” Kemudian, dia mencuri tatap Ratu Jodha yang berdiri agak di belakang dirinya. Ratu Ruqaiya setuju dengan apa yang dikatakan Raja Jalal, hanya saja dia mengeluhkan tentang banyaknya jalan dan pekerjaan dapur yang menantang. Ratu Jodha menambahkan bahwa dirinya sangat menikmatinya, karena hal ini memberinya wawasan tentang orang-orang dan bagaimana cara melayani Raja Jalal.

“Ya, itu terlihat di wajah Anda, Ratu Jodha,” sindir PM Maham.

Raja Jalal memberikan dukungan kepada Ratu Jodha dengan menatapnya mesra – membuat wajah Ratu Jodha menjadi semerah tomat. Hal itu, lagi-lagi, membuat Ratu Ruqaiya kesal, karenanya dia memutuskan meninggalkan tempat basa-basi itu. Ratu Jodha menyusul pergi Ratu Ruqaiya setelah berpamitan kepada Raja Jalal dengan cara mengangguk.

Tinggallah Raja Jalal bersama Tuan Atgah yang berdiskusi mengenai beberapa permasalahan yang dijumpainya selama perjalanan. Hal ini membuat Adham Khan terlihat tegang.

*

Setelah beberapa lama tidak bersua, Moti merawat rambut Ratu Jodha sebagai pelepas rindu. Dia menilai perjalanan sang ratu sangat bagus, kerena tampak sang ratu terlihat lebih segar dan damai. Ratu Jodha membenarkan apa yang dikatakan Moti.

Kemudian Ratu Jodha menceritakan perjalanannya bersama sang raja. Bagaimana Raja Jalal membuat api unggun dan bertarung dengan para perampok. Bagaimana dia membuatkan roti untuk Raja Jalal, makan bersama, mengikat benang, dan saling mendoakan. Moti kemudian mengaku jika dirinya sempat cemas akan terjadi hal yang tidak diinginkan selama perjalanan keduanya dan bertanya apa Raja Jalal sempat mengolok-olok Ratu Jodha?

Ratu Jodha mengaku hal itu sama sekali tidak terjadi. Justru sebaliknya, terjadi perubahan sikap Raja Jalal. Dia mengatakan Raja Jalal akan membalasnya bila dirinya kurang sopan, sebelumnya. Tapi, selama perjalanan, Raja Jalal tak melakukannya. Pikiran Ratu Jodha jadi sedikit lebih terbuka. Moti mengatakan pandangan Ratu Jodha telah berbeda terhadap Raja Jalal. Ratu Jodha membenarkannya, dan mengaku sedikit lebih memahaminya. “Aku jadi tahu alasannya marah hampir setiap saat. Itu karena dia sangat memahami betul posisi dan tugasnya. Selama perjalanan, dia menghargaiku di depan orang-orang dan melakukan pekerjaan biasa. Oiya, dia punya kebiasaan makan yang teratur juga.”

Moti tersenyum, dan meledek Ratu Jodha, “Pasti Anda lebih menikmati saat-saat bersamanya dibandingkan perjalanannya sendiri, ya kan?”

Ratu Jodha kesal dengan ledekan Moti, tapi beberapa saat kemudian dia terus menceritakan perjalanan dan satu nama: Jalal! Moti meledeknya kembali. “Diamlah Moti!” tukas Ratu Jodha tak bisa meredam kekesalannya lagi.

*

Raja Jalal berendam sendirian di dalam bathup dan mengenang momen-momen indah selama melakukan perjalanan ke Sikri, khususnya saat Ratu Jodha membuatkan roti untuknya. Mengingat itu membuatnya menjadi geli sendiri. Kata-kata Imam Salim Chisti yang menyebutkan bahwa istrinya satu itu akan menjadi Marium uz Zamani dan saat Ratu Jodha menolak mengatakan apa isi hatinya akan menjadi momen indah yang takkan terlupakan. Selamanya. Raja Jalal pun tersenyum sendirian.

*

Di balkon istana, Ibu Suri Hamida dan Jiji Angga duduk bersama. Ibu Suri menjahit sweater untuk calon cucunya kelak. Jiji Angga mengamininya supaya ucapan itu makbul. Ratu Salima mengatakan jika kepinginan Ibu Suri takkan lama lagi terkabul, sebab Ratu Jodha dan Raja Jalal makin lengket dari hari ke hari.

Pada akhirnya, orang yang dibicarakan datang. Mereka berdiri menyambutnya. Ratu Jodha memberikan oleh-oleh perjalanannya ke Sikri, yaitu semacam benang suci yang didapatnya dari tempat Imam Salim Chisti. Dia memasangkan benang suci itu ke tangan mereka semua.

Ibu Suri mengatakan jika dirinya sempat khawatir Ratu Jodha dan Raja Jalal tidak akan akur selama perjalanan. Tapi, melihat kedamaian di wajah Ratu Jodha, Ibu Suri merasa bahwa semua baik-baik saja. “Dan, apakah Raja Jalal kerap meledekmu?”

Ratu Jodha menggeleng dan mengatakan bila Raja Jalal justru mendukung dan menjaganya selama perjalanan. Hal ini membuat Ratu Salima dan Ibu Suri terkejut. Mereka saling memandang, membuat Ratu Jodha tersipu malu. Kemudian, Ratu Jodha pamit. Di tengah jalan, Ratu Jodha heran kenapa selalu bersemangat waktu membicarakan Raja Jalal?

“Ada apa Ratu Jodha?” tanya Moti, melihat Ratu Jodha tercenung. Ratu Jodha hanya tersenyum, dan memberikan nampan yang dibawanya kepada Moti. Dia mengajaknya menemui Bakshi Bano.

Ratu Salima yang masih tertarik dengan cerita perjalanan Ratu Jodha segera mengejar Ratu Jodha dan minta diceritai lagi. Ratu Jodha mengiyakan, tapi nanti setelah kembali dari tempat Bakshi Bano memberikan benang suci. Namun, Ratu Salima mengingatkan jika saat ini Bakshi Bano dilarang menemui siapapun, karena sedang menjalani hukuman. Ratu Jodha mengaku hanya ingin memberikan benang suci itu pada Bakshi Bano, tak ada yang lainnya. Dia bersikeras melakukannya setelah apa yang dilakukan Bakshi Bano saat dirinya kritis. Dia siap menanggung risikonya!

*

Di aula istana, di depan semua orang, Raja Jalal mengisahkan pengalamannya ketika melakukan perjalanan ke Sikri, dan tentu bagian saat gerombolan perampok menyerang Desa Todal Mal. “Aku sangat gembira bisa menikmati kesenangan, tapi ulah gerombolan perampok ini membuat rakyat menderita! Pertanyaanku adalah kenapa tidak ada informasi yang disampaikan untuknya?”

Tak ada orang yang menjawab pertanyaa Raja Jalal. PM Maham tertunduk, sedangkan Adham Khan melamun seolah tengah memikirkan nasib akhir dunia. “Hei, Adham Khan,” tukas Raja Jalal – suaranya menyadarkan Adham Khan dari lamunan, “Kutugaskan kamu mengumpulkan informasi dan berikan solusi padaku secepatnya.”

*

Hoshiyar memijit-mijit kaki Ratu Ruqaiya yang pegal-pegal. Ratu Ruqaiya mengeluhkan bahwa ini semua gara-gara Ratu Jodha. “Aku jalan kaki gara-gara dia!” pekiknya. Di satu sisi kesal, di sisi lain, dia sedikit kagum, karena baru sembuh Ratu Jodha terkena racun ular sudah kuat berjalan jauh, bahkan berlari.

Seorang pelayan kemudian memuji kekuatan Ratu Jodha sebagai Rajvanshi yang tidak mengisap hookah sehingga kesehatan dan staminanya terjaga dengan baik. Kesal, Ratu Ruqaiya menendangnya di bagian dada. “Usir dia, Hoshiyar!” pinta Ratu Ruqaiya. Sebelum mengusirnya, Hoshiyar memarahi pelayan itu terlebih dulu (huh, dasar pelayan sama pelayan saling senggol :p).

PM Maham masuk dan menanyai Ratu Ruqaiya soal perjalanannya bersama Raja Jalal. “Tenang, PM Maham, aku telah berhasil memisahkan mereka,” tukas Ratu Ruqaiya sok membanggakan dirinya.

“Anda hanya memisahkan mereka berdua secara fisik, tapi hati keduanya makin lengket,” sindir PM Maham, “Kedekatan mereka tampak dari kesamaan cara berpikir, kata-kata, juga kerlingan mata.”

“Jelaskan maksudmu, PM Maham?”

“Maksud saya adalah Anda mungkin tak membiarkan Ratu Jodha menempati posisi spesial di hati Raja Jalal, tapi ketahuilah justru Ratu Jodha yang berhasil menempatkan dirinya secara spesial di hati Raja Jalal. Dia telah berhasil membuat Anda mengenakan pakaian, memakan makanan, dan melakukan pekerjaan yang dilakukan orang biasa. Tinggal menunggu waktu sebelum posisi Anda terebut olehnya. Berhati-hatilah...”

Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 176.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 175

0 komentar:

Post a Comment