Wednesday, December 31, 2014

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 164

Sebelumnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 163.

Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 164

Sinopsis 'Jodha Akbar' episode 164

Semua perempuan berkumpul di harem untuk menyambut kedatangan calon ratu baru. Seseorang mengatakan supaya PM Maham tidak perlu khawatir, karena ritual akan dilanjutkan kembali. Kemudian, semua orang memberikan hadiah kepada Benazir.

PM Maham bertanya, “Ratu Jodha, Anda tidak Kau tidak memberikan hadiah apapun pada pengantin baru?”

Sambil tersenyum, Ratu Jodha mengatakan bahwa dirinya membawa hadiah lukisan untuk diberikan kepada Benazir. Moti mengambilkan lukisan dan diberikan kepada Ratu Jodha untuk diteruskan kepada Benazir. Di depan Benazir, Ratu Jodha membuka lukisan Krishna dan menjelaskan, “Lukisan ini mengisahkan simbolisasi kemenangan Krishna melawan Iblis. Jadi, ceritanya ada ular berbahaya bernama Kaliya, yang telah membuat Sungai Yamuna beracun. Penduduk Brajbhoom pingsan, setelah minum air itu. Suatu hari, Krishna pun membuat Kaliya hancur. Itulah caranya melindungi para pemujanya. Jadi, aku merasa, ini merupakan hadiah terbaik untukmu.”

Menatap Ratu Jodha tajam, Benazir bergumam, 'Aku mengerti apa yang coba kau katakan, Ratu Jodha. Lukisan ini merupakan simbolisasi bahwa Krishna akan melindungi Raja Jalal. Tapi, perlu kutegaskan bahwa kau takkan bisa melindungi Raja Jalal, karena Krishna sedang sibuk menyelamatkan orang-orang Kaliya saat aku menyuntikkan racunku padanya.'

Setelahnya, para ratu saling bersuka cita saat telapak tangan mereka dilukis. Seseorang mengatakan bahwa ini saatnya bagi mereka untuk membuat malam menjadi lebih menarik lagi, yaitu acara ramalan. Diundanglah seorang peramal wanita yang meramal dengano media burung Beo untuk meramal masa depan para ratu. “Sekarang giliran Ratu Ruqaiya. Parrol katakan padaku,” kata sang peramal. Seekor burung Beo keluar dari dalam sangkar dan memberikan secarik kertas pada sang peramal.

Ketika dibaca, sang peramal mengucapkan selamat kepada Ratu Ruqaiya karena Raja Jalal akan menghabiskan waktu bersamanya. Sementara itu, ketika sang peramal meramal Ratu Salima, dia mengatakan bahwa Ratu Salima akan menjadi salah satu istri favorit Raja Jalal. Tapi, Ratu Salima hanya akan sebentar menjadi favorit Raja Jalal.

Benazir sedikit menyunggingkan senyuman dan bergumam, 'Burung Beo itu benar, aku akan mengkhatamkan hidup Raja Jalal.” PM Maham meminta peramal untuk melupakan hal itu. Dia meminta peramal mengatakan tentang masa depan Ratu Jodha. Burung Beo pun keluar membawa secarik kertas.

Sang peramal mengatakan bahwa Ratu Jodha akan membawa keberkahan bagi Raja Jalal, sebab menurut burung Beo, Ratu Jodha akan melindungi Raja Jalal dari serangan Iblis beracun. “Anda akan menjadi perisai pelindungnya, yang menyelamatkan Baginda dari mata sang Iblis!”

Benazir tajam menatap Ratu Jodha dengan sebuah gumaman, 'Kau mungkin bisa melindungi Raja Jalal dari mata Iblis, tapi takkan bisa melindunginya dari racunku.' Sementara Ratu Jodha menggumam akan melakukan segala cara demi melindungi Raja Jalal, apapun risikonya.

***

Sipir penjara tampak menyiksa Abu Mali atas perintah Tuan Atgah Khan. Mereka memecut sehingga Abu Mali meringis kesakitan. Dari luar terali penjara, Tuan Atgah Khan mengatakan, “Sampai kamu mengatakan mengenai sekutumu, kami takkan membiarkanmu tidur dan makan-minum enak,” kata Tuan Atgah Khan, “Ini perintah Baginda Jalal. Siksa dia lagi penjaga!”

Penjaga pun mencambuknya lagi. Saat itu, Abu Mali merintih dan meminta air. Seorang penjaga lainnya membawa air dan menuangkannya air ke lantai di sebelah kepala Abu Mali. Tidak ada penjelasan apapun keluar dari mulut Abu Mali, Tuan Atgah Khan memutuskan pergi meninggalkan penjara.

***

Ibu Suri Hamida menemui Raja Jalal yang sedang tercenung. Melihat anaknya seolah-olah kosong, dia bertanya apa yang sedang putranya pikirkan? Namun, Raja Jalal menjawab dirinya tidak sedang memikirkan apa-apa. “Janganlah berbohong padaku,” tukas Raja Jalal, “Aku bisa melihatnya di matamu.”

Merasa Ibunya tahu dirinya memikirkan sesuatu, Raja Jalal kemudian jujur bahwa dirinya bosan – setelah tahu bahwa semua wanita di harem (baik pelayan maupun ratu) ingin menghabiskan waktu bersamanya. Dengan penuh kebijaksanaan, Ibu Suri mengatakan, “Anda adalah raja kerajaan ini. Karena itu, Anda merasa sendirian. Tak ada seorang pun yang menghabiskan waktu bersama Anda tidak khawatir mengenai keamananmu. Meski begitu, mereka tak bisa membuat kegelisahan Anda merasa lebih baik.”

Raja Jalal berbalik, menghadap Ibunya, “Hanya Ibulah orang yang bisa membuat saya merasa lebih baik.”

Ibu Suri Hamida tersenyum. “Tentu saja putraku,” Ibu Suri menjawab dan mengusap wajah putranya, “Tapi, tidak selamanya. Aku tak bisa bersamamu selamanya.” Kemudian, Ibu Suri mendoakan Raja Jalal supaya mendapatkan seorang istri yang memedulikan Raja Jalal apa adanya, tanpa memedulikan Raja Jalal seorang raja yang mengatur Hindustan.

Kembali Raja Jalal menegaskan bahwa dirinya seorang yang tidak memiliki perasaan. Jadi, dia takkan merasa seperti itu. Namun, Ibu Suri menjelaskan bahwa perasaan itu muncul, lantaran Raja Jalal belum menemukan seorang wanita yang bisa mengerti dirinya. “Atau mungkin Anda tak pernah menilai istri yang membuat perasaan Anda berdegub-degub. Jika Anda mencoba meluangkan waktu untuk menilai para istri Anda, barangkali Anda takkan berdiri di sisi jendela sendiri, kecuali bersamanya, saat merasa kesepian.”

Ibu Suri mencium kening Raja Jalal untuk kemudian meninggalkannya seorang diri lagi di tempatnya. Setelah Ibu Suri pergi, Raja Jalal memandang bintang di langit dengan tatapan kosong.

Di lain tempat, Ratu Jodha sedang gelisah dan menatap langit yang sama. Dia berkata, “Dewa, Benazir akan dinikahi oleh Baginda. Bagaimana cara Hamba menghentikan aksi Benazir? Berilah Hamba jalan.

Terdengar suara narasi Raja Jalal mengucapkan, “Hari itu merupakan sebuah kebetulan aneh. Kamu berdiri di dekat jendela kamarmu, begitu pula aku. Hati kita tak bergerak bersama. Namun, kedua dari kita telah khawatir satu sama lain.”

Begitu pula terdengar suara narasi Ratu Jodha mengucapkan, “Aku memikirkanmu dan  tidak tahu kenapa aku melakukannya? Kita berdua saling memandangi langit yang sama. Kata orang, para leluhur yang sudah mendahului kita pergi ke bintang.

Dua hati dari sifat yang berbeda memang telah saling memikirkan satu sama lain. Di sisi lain, seseorang telah menantikan fajar menyingsing untuk menantikan perubahan dirinya dari seorang pelayan menjadi ratu.

***

Dua perempuan besar yang telah bersekutu menyingkirkan Ratu Jodha, yakni Ratu Ruqaiya dan PM Maham, saling berbincang. Dalam kesempatan itu, PM Maham mengutarakan rencananya, “Jujur, pernikahan Benazir dan Baginda Jalal memang saya rancang. Hal itu saya lakukan supaya Benazir menjadi pion untuk menyingkirkan Ratu Jodha.”

“Tolong, jangan bicarakan tentang Ratu Jodha padaku lagi,” sahut Ratu Ruqaiya, “Aku tak ingin menghancurkan pemikiranku terhadapnya.” Dia meminta PM Maham untuk memikirkan peningkatan keamanan saat upacara pernikahan besok. Sebab, penyerang Raja Jalal di Sungai Yamuna belumlah tertangkap. Jadi, ada kemungkinan, mereka akan kembali menyerang.

***

Di saat bersamaan, Adham Khan mengatakan kepada anak buahnya bahwa Benazir akan membunuh Raja Jalal tepat sebelum pernikahan dilakukan – tak peduli seketat apapun keamanan besok itu. Dia minta mereka mengawasi gerak-gerik Tuan Atgah Khan supaya tidak merusak rencana tersebut. Dengan senyum seolah sudah menang, Adham Khan mengatakan, “Setelah Raja Jalal mati, bunuh semua orang, termasuk Abu Mali dan Benazir.”

“Bagaimana dengan Shanfuddin?” tanya prajuritnya.

Adham Khan meminta mereka tidak membunuhnya. Dia menggumam bahwa besok akan menjadi hari perayaan dirinya naik takhta. “Tak seorang pun akan menghambatnya,” tukas Adham, “Tak seorang pun.

***

Di penjara, sipir memberitahu Sharifuddin tentang Abu Mali, yang dilihatnya sedang bicara dengan mata-matanya berpakaian tentara Mughal. “Apa yang mereka bicarakan?” tanya Sharifuddin.

“Pembunuhan Raja Jalal akan dilakukan oleh Benazir dan pembebasan serta pelantikan Abu Mali sebagai raja setelahnya,” sahut sipir.

Informasi dari sipir membuat Sharifuddin kesal, terlebih dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. “Jika aku tak bisa naik takhta, maka takkan kubiarkan Abu Mali menaikinya!” gumamnya. Dia meminta sipir memanggilkan Ratu Jodha untuknya.

Tidak berapa lama kemudian, Ratu Jodha datang menemui Sharifuddin di penjara. Segera, Sharifuddin mempertanyakan kepercayaan Ratu Jodha pada dirinya. “Apa Anda tidak mempercayaiku Yang Mulia? Kenapa Anda tidak melakukan apapun terhadap Benazir?” tuduh Sharifuddin.

Ratu Jodha menggeleng. Dia mengaku sangat percaya dengan informasi yang diberikan Sharifuddin untuknya dan telah berusaha melakukan yang terbaik untuk mengungkapkan bahwa Benazir adalah iblis beracun yang akan membunuh Raja Jalal. Hanya saja, selalu dia merasa terpojokkan oleh kebenaran itu sendiri. Terlebih setelah Raja Jalal tidak mau mendengar apa yang diinformasikannya.

Sharifuddin menandaskan, “Anda harus membuat Raja Jalal mempercayai Anda. Saya telah menerima informasi bahwa Benazir merencanakan pembunuhan Yang Mulia sebelum pernikahan dan membebaskan Abu Mali. Setelah itu, Abu Mali akan menahbiskan dirinya sebagai Raja Agra yang baru, sementara Benazir akan menjadi ratunya.”

Informasi ini membuat Ratu Jodha terkejut dan pergi meninggalkan Sharifuddin.

***

Ratu Jodha mengungkapkan fakta baru yang didapatnya dari Sharifuddin kepada Moti. “Sudah kukatakan Moti, pernikahan ini hanyalah kepura-puraan,” kata Ratu Jodha, “Aku menerima informasi ini dari Sharifuddin, yang mengatakan Benazir merencanakan pembunuhan Raja Jalal sebelum pernikahan.” Dia juga merasa khawatir karena Raja Jalal tidak mempercayainya bagaimana harus mengatakan ini kepadanya? Terlebih dia tidak memiliki bukti nyata.

“Apa yang akan Anda lakukan?” tanya Moti.

Ratu Jodha mengungkapkan bahwa dirinya akan mengawasi Benazir tiap malam untuk menggagalkan rencananya. “Aku tak peduli dengan konsekuensinya!” pekik Ratu Jodha.

***

Zakira yang heran dengan kotak yang hilang telah kembali pada tempatnya bertanya-tanya pada Benazir kenapa kotaknya sudah kembali. Nyengir, Benazir mengatakan bahwa tak seorang pun mengenali mutiara itu sebagai penawar racun. Sekalipun Ratu Jodha. Dia mengatakan kepada Zakira bila saat ini dirinya tidak memiliki waktu untuk omong kosong ini dan harus fokus terhadap tujuannya.

Selanjutnya baca: sinopsis 'Jodha Akbar' episode 165.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Sinopsis 'Jodha Akbar' Episode 164

0 komentar:

Post a Comment