WWW.MANDIRIQQ.COM HADIR DENGAN 5 BANK, BCA, MANDIRI, BNI, BRI, DANAMON

Pages

Friday, November 4, 2016

MANDIRIQQ - PENGALAMAN TUKAR ISTRI YANG MEMUASKAN

PENGALAMAN TUKAR ISTRI YANG MEMUASKAN

Namaku Hasim saat ini usiaku 29 tahun dan aku baru saja diterima bekerja di sebuah perusahaan asing di ibu kota, atasan saya namanya Stef asal dari USA, karena aku dan atasanku mempunyai hobi yang sama yaitu bermain golf jadi aku dan atasanku sangat akarb.

MANDIRIQQ - PENGALAMAN TUKAR ISTRI YANG MEMUASKAN


Perusahaan tempat kami bekerja adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang advertising. Menurut cerita-cerita teman-teman istri Stef, yang berasal dari Amerika juga, sangat cantik dan badannya sangat seksi, seperti bintang film Hollywood.

Aku sendiri belum pernah bertemu secara langsung dengan istri Stef, hanya melihat fotonya yang terletak di meja kerja Stef. Suatu hari saya memasang foto saya berdua denga Filia istri saya, yang berasal dari Bandung dan berumur 26 tahun, di meja kerja saya.

Pada waktu Stef melihat foto itu, secara spontan dia memuji kecantikan Filia dan sejak saat itu pula saya mengamati kalau Stef sering melirik ke foto itu, apabila kebetulan dia datang ke ruang kerja saya.

Suatu hari Stef mengundang saya untuk makan malam di rumahnya, katanya untuk membahas suatu proyek, sekaligus untuk lebih mengenal istri masing-masing.

"Dik, nanti malam datang ke rumah ya, ajak istrimu Filia juga, sekalian makan malam".

"Lho, ada acara apa boss?", kataku sok akrab.

"Ada proyek yg harus diomongin, sekalian biar istri saling kenal gitu".

"Okelah!", kataku.

Sesampainya di rumah, undangan itu aku sampaikan ke Filia. Pada mulanya Filia agak segan juga untuk pergi, karena menurutnya nanti agak susah untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan mereka. Akan tetapi setelah kuyakinkan bahwa Stef dan Istrinya sangat lancar berbahasa Indonesia, akhirnya Filia mau juga pergi.

"Ada apa sih Mas, kok mereka ngadain dinner segala?".

"Tau, katanya sih, ada proyek apa.., yang mau didiskusikan".

"Ooo.., gitu ya", sambil tersenyum. Melihat dia tersenyum aku segera mencubit pipinya dengan gemas. Kalau melihat Filia, selalu gairahku timbul, soalnya dia itu seksi sekali. Rambutnya terurai panjang, dia selalu senam so.., punya tubuh ideal, dan ukurannya itu 34B yang padat kencang.

Pukul 19.30 kami sudah berada di apartemen Stef yang terletak di daerah Jl. Gatot Subroto. Aku mengenakan kemeja batik, sementara Filia memakai stelan rok dan kemeja sutera. Rambutnya dibiarkan tergerai tanpa hiasan apapun.

Sesampai di Apertemen no.1009, aku segera menekan bel yang berada di depan pintu. Begitu pintu terbuka, terlihat seorang wanita bule berumur kira-kiar 32 tahun, yang sangat cantik, dengan tinggi sedang dan berbadan langsing, yang dengan suara medok menegur kami.

"Oh Hasim dan Filia yah?, silakan.., masuk.., silakan duduk ya!, saya Lillian istrinya Stef".

Ternyata Lillian badannya sangat bagus, tinggi langsing, rambut panjang, dan lebih manis dibandingkan dengan fotonya di ruang kerja Stef. Dengan agak tergagap, aku menyapanya.

"Hallo Mam.., kenalin, ini Filia istriku".

Setelah Filia berkenalan dengan Lillian, ia diajak untuk masuk ke dapur untuk menyiapkan makan malam, sementara Stef mengajakku ke teras balkon apartemennya.

"Gini lho Dik.., bulan depan akan ada proyek untuk mengerjakan iklan.., ini.., ini.., dsb. Berani nggak kamu ngerjakan iklan itu".

"Kenapa nggak, rasanya perlengkapan kita cukup lengkap, tim kerja di kantor semua tenaga terlatih, ngeliat waktunya juga cukup. Berani!".

Aku excited sekali, baru kali itu diserahi tugas untuk mengkordinir pembuatan iklan skala besar.

Senyum Stef segera mengembang, kemudian ia berdiri merapat ke sebelahku.

"Eh Dik.., gimana Lillian menurut penilaian kamu?", sambil bisik-bisik.

"Ya.., amat cantik, seperti bintang film", kataku dengan polos.

"Seksi nggak?".

"Lha.., ya.., jelas dong".

"Umpama.., ini umpama saja loo.., kalo nanti aku pinjem istrimu dan aku pinjemin Lillian untuk kamu gimana?".

Mendenger permintaan seperti itu terus terang aku sangat kaget dan bingung, perasanku sangat shock dan tergoncang. Rasanya kok aneh sekali gitu. Sambil masih tersenyum-senyum, Stef melanjutkan,

"Nggak ada paksaan kok, aku jamin Filia dan Lillian pasti suka, soalnya nanti.., udah deh pokoknya kalau kau setuju.., selanjutnya serahkan pada saya.., aman kok!".

Membayangkan tampang dan badan Lillian aku menjadi terangsang juga. Pikirku kapan lagi aku bisa menunggangi kuda putih? Paling-paling selama ini hanya bisa membayangkan saja pada saat menonton blue film.

Tapi dilain pihak kalau membayangkan Filia dikerjain si bule ini, yang pasti punya senjata yang besar, rasanya kok tidak tega juga. Tapi sebelum saya bisa menentukan sikap, Stef telah melanjutkan dengan pertanyaan lagi, "Ngomong-ngomong Filia sukanya kalo making love style-nya gimana sih?".

Tanpa aku sempat berpikir lagi, mulutku sudah ngomong duluan, "Dia tidak suka style yang aneh-aneh, maklum saja gadis pingitan dan pemalu, tapi kalau vaginanya dijilatin, maka dia akan sangat terangsang!".

"Wow.., aku justru pengin sekali mencium dan menjilati bagian vagina, ada bau khas wanita terpancar dari situ.., itu membuat saya sangat terangsang!", kata Stef.

"Kalau Lillian sangat suka main di atas, doggy style dan yang jelas suka blow-job" lanjutnya.

Mendengar itu aku menjadi bernafsu juga, belum-belum sudah terasa ngilu di bagian bawahku membayangkan senjataku diisap mulut mungil Lillian itu.

Kemudian lanjut Stef meyakinkanku, "Oke deh.., enjoy aja nanti, biar aku yang atur. Ngomong-ngomong my wife udah tau rencana ini kok, dia itu orangnya selalu terbuka dalam soal seks.., jadi setuju aja".

"Nanti minuman Filia aku kasih bubuk penghangat sedikit, biar dia agak lebih berani.., Oke.., yaa!", saya agak terkejut juga, apakah Stef akan memberikan obat perangsang dan memperkosa Rina? Wah kalau begitu tidak rela aku.




Aku setuju asal Rina mendapat kepuasan juga. Melihat mimik mukaku yang ragu-ragu itu, Stef cepat-cepat menambahkan, "Bukan obat bius atau ineks kok. Cuma pembangkit gairah aja", kemudian dia menjelaskan selanjutnya, "Oke, nanti kamu duduk di sebelah Lillian ya, Filia di sampingku".

Selanjutnya acara makan malam berjalan lancar. Juga rencana Stef. Setelah makan malam selesai kelihatannya bubuk itu mulai bereaksi. Rina kelihatan agak gelisah, pada dahinya timbul keringat halus, duduknya kelihatan tidak tenang, soalnya kalau nafsunya lagi besar, dia agak gelisah dan keringatnya lebih banyak keluar.

Melihat tanda-tanda itu, Stef mengedipkan matanya pada saya dan berkata pada Filia, "Nin.., mari duduk di depan TV saja, lebih dingin di sana!", dan tampa menunggu jawaban Filia, Stef segera berdiri, menarik kursi Filia dan menggandengnya ke depan TV 29 inchi yang terletak di ruang tengah.

Aku ingin mengikuti mereka tapi Lillian segera memegang tanganku. "Dik, diliat aja dulu dari sini, ntar kita juga akan bergabung dengan mereka kok". Memang dari ruang makan kami dapat dengan jelas menyaksikan tangan Stef mulai bergerilya di pundak dan punggung Filia, memijit-mijit dan mengusap-usap halus.

Sementara Filia kelihatan makin gelisah saja, badannya terlihat sedikit menggeliat dan dari mulutnya terdengar desahan setiap kali tangan Stef yang berdiri di belakangnya menyentuh dan memijit pundaknya.

Lillian kemudian menarikku ke kursi panjang yang terletak di ruang makan. Dari kursi panjang tersebut, dapat terlihat langsung seluruh aktivitas yang terjadi di ruang tengah, kami kemudian duduk di kursi panjang tersebut.

Terlihat tindakan Stef semakin berani, dari belakang tangannya dengan trampil mulai melepaskan kancing kemeja batik Filia hingga kancing terakhir. BH Filia segera menyembul, menyembunyikan dua bukit mungil kebanggaanku dibalik balutannya. Kelihatan mata Filia terpejam, badannya terlihat lunglai lemas, aku menduga-duga,

"Apakah Filia telah diberi obat tidur, atau obat perangsang oleh Stef?, atau apakah Filia pingsan atau sedang terbuai menikmati permainan tangan Stef?". Filia tampaknya pasrah seakan-akan tidak menyadari keadaan sekitarnya.

Timbul juga perasaan cemburu berbarengan dengan gairah menerpaku, melihat Filia seakan-akan menyambut setiap belaian dan usapan Stef dikulitnya dan ciuman nafsu Stef pun disambutnya dengan gairah.

Melihat apa yang tengah diperbuat oleh si bule terhadap istriku, maka karena merasa kepalang tanggung, aku juga tidak mau rugi, segera kualihkan perhatianku pada istri Stef yang sedang duduk di sampingku.

Niat untuk merasakan kuda putih segera akan terwujud dan tanganku pun segera menyelusup ke dalam rok Lillian, terasa bukit kemaluannya sudah basah, mungkin juga telah muncul gairahnya melihat suaminya sedang mengerjai wanita mungil.

Dengan perlahan jemariku mulai membuka pintu masuk ke lorong kewanitaannya, dengan lembut jari tengahku menekan clitorisnya. Desahan lembut keluar dari mulut Lillian yang mungil itu, "aahh.., aaghh.., aagghh", tubuhnya mengejang, sementara tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.

Sementara itu di ruang sebelah, Stef telah meningkatkan aksinya terhadap Filia, terlihat Filia telah dibuat polos oleh Stef dan terbaring lunglai di sofa. Badan Filia yang ramping mulus dengan buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi padat berisi, perutnya yang rata dan kedua bongkahan pantatnya yang terlihat mulus menggairahkan serta gundukan kecil yang membukit yang ditutupi oleh rambut-rambut halus yang terletak diantara kedua paha atasnya terbuka dengan jelas seakan-akan siap menerima serangan-serangan selanjutnya dari Stef.

Kemudian Stef menarik Filia berdiri, dengan Stef tetap di belakangnya, kedua tangan Stef menjelajahi seluruh lekuk dan ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi wajah Filia, yang dengan matanya yang setengah terpejam dan dahinya agak berkerut seakan-akan sedang menahan suatu kenyerian yang melanda seluruh tubuhnya dengan mulutnya yang mungil setengah terbuka

Menunjukan Filia menikmati benar permainan dari Stef terhadap badannya itu, apalagi ketika jemari Stef berada di semak-semak kewanitaannya, sementara tangan lain Stef meremas-remas puting susunya, terlihat seluruh badan Filia yang bersandar lemas pada badan Stef, bergetar dengan hebat.

Saat itu juga tangan Lillian telah membuka zipper celana panjangku, dan bagaikan orang kelaparan terus berusaha melepas celanaku tersebut. Untuk memudahkan aksinya aku berdiri di hadapannya, dengan melepaskan bajuku sendiri. Setelah Lillian selesai dengan celanaku, gilirannya dia kutelanjangi.

Wow.., kulit badannya mulus seputih susu, payudaranya padat dan kencang, dengan putingnya yang berwarna coklat muda telah mengeras, yang terlihat telah mencuat ke depan dengan kencang. Aku menyadari, kalau diadu besarnya senjataku dengan Stef, tentu aku kalah jauh dan kalau aku langsung main tusuk saja, tentu Lillian tidak akan merasa puas

Jadi cara permainanku harus memakai teknik yang lain dari lain. Maka sebagai permulaan kutelusuri dadanya, turun ke perutnya yang rata hingga tiba di lembah diantara kedua pahanya mulus dan mulai menjilat-jilat bibir kemaluannya dengan lidahku.

Kududukkan Lillian kembali di sofa, dengan kedua kakinya berada di pundakku. Sasaranku adalah vaginanya yang telah basah. Lidahku segera menari-nari di permukaan dan di dalam lubang vaginanya. Menjilati clitorisnya dan mempermainkannya sesekali. Kontan saja Lillian berteriak-teriak keenakan dengan suara keras,

" Ooohh.., oohh.., sshh.., sshh". Sementara tangannya menekan mukaku ke vaginanya dan tubuhnya menggeliat-geliat. Tanganku terus melakukan gerakan meremas-remas di sekitar payudaranya. Pada saat bersamaan suara Filia terdengar di telingaku saat ia mendesah-desah, "Oooh.., aagghh!", diikuti dengan suara seperti orang berdecak-decak.

Tak tahu apa yang diperbuat Stef pada istriku, sehingga dia bisa berdesah seperti itu. Filia sekarang telah telentang di atas sofa, dengan kedua kakinya terjulur ke lantai dan Stef sedang berjongkok diantara kedua paha Filia yang sudah terpentang dengan lebar

Kepalanya terbenam diantara kedua paha Filia yang mulus. Bisa kubayangkan mulut dan lidah Stef sedang mengaduk-aduk kemaluan Filia yang mungil itu. Terlihat badan Filia menggeliat-geliat dan kedua tangannya mencengkeram rambut Stef dengan kuat.

Aku sendiri makin sibuk menjilati vagina Lillian yang badannya terus menggerinjal-gerinjal keenakan dan dari mulutnya terdengar erangan, "Ahh.., yaa.., yaa.., jilatin.., Ummhh". Desahan-desahan nafsu yang semakin menegangkan otot-otot penisku.

"Aahh.., Dik.., akuu.., aakkuu.., oohh.., hh!", dengan sekali hentakan keras pinggul Lillian menekan ke mukaku, kedua pahanya menjepit kepalaku dengan kuat dan tubuhnya menegang terguncang-guncang dengan hebat dan diikuti dengan cairan hangat yang merembes di dinding vaginanya pun semakin deras, saat ia mencapai organsme.

Tubuhnya yang telah basah oleh keringat tergolek lemas penuh kepuasan di sofa. Tangannya mengusap-usap lembut dadaku yang juga penuh keringat, dengan tatapan yang sayu mengundangku untuk bertindak lebih jauh.

Ketika aku menengok ke arah Stef dan istriku, rupanya mereka telah berganti posisi. Filia kini telentang di sofa dengan kedua kakinya terlihat menjulur di lantai dan pantatnya terletak pada tepi sofa, punggung Filia bersandar pada sandaran sofa, sehingga dia bisa melihat dengan jelas bagian bawah tubuhnya yang sedang menjadi sasaran tembak Stef.

Stef mengambil posisi berjongkok di lantai diantara kedua paha Filia yang telah terpentang lebar. Aku merasa sangat terkejut juga melihat senjata Stef yang terletak diantara kedua pahanya yang berbulu pirang itu, penisnya terlihat sangat besar kurang lebih panjangnya 20 cm dengan lingkaran yang kurang lebih 6 cm dan pada bagian kepala penisnya membulat besar bagaikan topi baja tentara saja.

Terlihat Stef memegang penis raksasanya itu, serta di usap-usapkannya di belahan bibir kemaluan Filia yang sudah sedikit terbuka, terlihat Filia dengan mata yang terbelalak melihat ke arah senjata Stef yang dahsyat itu, sedang menempel pada bibir vaginanya.

Kedua tangan Filia kelihatan mencoba menahan badan Stef dan badan Filia terlihat agak melengkung, pantatnya dicoba ditarik ke atas untuk mengurangi tekanan penis raksasa Stef pada bibir vaginanya, akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantat Filia dan tangan kirinya tetap menuntun penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluan Filia, sambil mencium telinga kiri Filia, terdengar Stef berkata perlahan, "Niinn.., maaf yaa.., saya mau masukkan sekarang.., boleh?", terlihat kepala Nini hanya menggeleng-geleng kekiri kekanan saja, entah apa yang mau dikatakannya, dengan pandangannya yang sayu menatap ke arah kemaluannya yang sedang didesak oleh penis raksasa Stef itu dan mulutnya terkatup rapat seakan-akan menahan kengiluan.

Stef, tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan penisnya ke dalam lubang vagina Filia yang telah basah itu, biarpun kedua tangan Filia tetap mencoba menahan tekanan badan Stef. Mungkin, entah karena tusukan penis Stef yang terlalu cepat atau karena ukuran penisnya yang over size, langsung saja Filia berteriak kecil,

"Aduuh.., pelan-pelan.., sakit nih", terdengar keluhan dari mulutnya dengan wajah yang agak meringis, mungkin menahan rasa kesakitan. Kedua kaki Filia yang mengangkang itu terlihat menggelinjang.

Kepala penis Stef yang besar itu telah terbenam sebagian di dalam kemaluan Filia, kedua bibir kemaluannya menjepit dengan erat kepala penis Stef, sehingga belahan kemaluan Filia terlihat terkuak membungkus dengan ketat kepala penis Stef itu. Kedua bibir kemaluan Filia tertekan masuk begitu juga clitoris Filia turut tertarik ke dalam akibat besarnya kemaluan Stef.

Stef menghentikan tekanan penisnya, sambil mulutnya mengguman, "Maaf.., Nin.., saya sudah menyakitimu.., maaf yaa.., Niin!".

"aagghh.., jangan teerrlalu diipaksakan.., yaahh.., saayaa meerasa.., aakan.., terbelah.., niih.., sakiitt.., jangan.., diiterusiinn".

Filia mencoba menjawab dengan badannya terus menggeliat-geliat, sambil merangkulkan kedua tangannya di pungung Stef.

"Niinn.., saya mau masukkan lagi.., yaa.., dan tolong katakan yaa.., kalau Filia masih merasa sakit", sahut Stef dan tanpa menunggu jawaban Filia, segera saja Stef melanjutkan penyelaman penisnya ke dalam lubang vagina Filia yang tertunda itu, tetapi sekarang dilakukannya dengan lebih pelan pelan.

Ketika kepala penisnya telah terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluan Filia, terlihat muka Filia meringis, tetapi sekarang tidak terdengar keluhan dari mulutnya lagi hanya kedua bibirnya terkatup erat dengan bibir bawahnya terlihat menggetar.

Terdengar Stef bertanya lagi, "Niinn.., sakit.., yaa?", Filia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil kedua tangannya meremas bahu Stef dan Stef segera kembali menekan penisnya lebih dalam, masuk ke dalam lubang kemaluan Filia.

Secara pelahan-lahan tapi pasti, penis raksasa itu menguak dan menerobos masuk ke dalam sarangnya. Ketika penis Stef telah terbenam hampir setengah di dalam lubang vagina Filia, terlihat Filia telah pasrah saja dan sekarang kedua tangannya tidak lagi menolak badan Stef, akan tetapi sekarang kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada tepi sofa.

Stef menekan lebih dalam lagi, kembali terlihat wajah Filia meringis menahan sakit dan nikmat, kedua pahanya terlihat menggeletar, tetapi karena Filia tidak mengeluh maka Stef meneruskan saja tusukan penisnya dan tiba-tiba saja, "Blees", Stef menekan seluruh berat badannya dan pantatnya menghentak dengan kuat ke depan memepetin pinggul Filia rapat-rapat pada sofa.

Pada saat yang bersamaan terdengar keluhan panjang dari mulut Filia, "Aduuh", sambil kedua tangannya mencengkeram tepi sofa dengan kuat dan badannya melengkung ke depan serta kedua kakinya terangkat ke atas menahan tekanan penis Stef di dalam kemaluannya.

Stef mendiamkan penisnya terbenam di dalam lubang vagina Filia sejenak, agar tidak menambah sakit Filia sambil bertanya lagi, "Niinn.., sakit.., yaa? Tahan dikit yaa, sebentar lagi akan terasa nikmat!",

Filia dengan mata terpejam hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang, "aagghh.., kit!", lalu Stef mencium wajah Filia dan melumat bibirnya dengan ganas. Terlihat pantat Stef bergerak dengan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh mungil Filia dalam pelukannya.

Tak selang lama kemudian terlihat badan Filia bergetar dengan hebat dari mulutnya terdengar keluhan panjang, "Aaduuh.., oohh.., sshh.., sshh", kedua kaki Filia bergetar dengan hebat, melingkar dengan ketat pada pantat Stef, Filia mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan. Selang sesaat badan Filia terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pantat Stef yang masih tetap berayun-ayun itu.

aah, suatu pemandangan yang sangat erotis sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti oleh penaklukan disatu pihak dan penyerahan total dilain pihak.

"Dik.., ayo aku mau kamu", suara Lillian penuh gairah di telingaku. Kuletakkan kaki Lillian sama dengan posisi tadi, hanya saja kini senjataku yang akan masuk ke vaginanya. Duh, rasanya kemaluan Lillian masih rapet saja, aku merasakan adanya jepitan dari dinding vagina Lillian pada saat rudalku hendak menerobos masuk.

"Lill.., kok masih rapet yahh". Maka dengan sedikit tenaga kuserudukkan saja rudalku itu menerobos liang vaginanya. "Aagghh", mata Lillian terpejam, sementara bibirnya digigit. Tapi ekspresi yang terpancar adalah ekspresi kepuasan.

Aku mulai mendorong-dorongkan penisku dengan gerakan keluar masuk di liang vaginanya. Diiringi erangan dan desahan Lillian setiap aku menyodokkan penisku, melihat itu aku semakin bersemangat dan makin kupercepat gerakan itu. Bisa kurasakan bahwa liang kemaluannya semakin licin oleh pelumas vaginanya.

"Ahh.., ahh", Lillian makin keras teriakannya.

"Ayo Dik.., terus".

"Enakk.., eemm.., mm!".

Tubuhnya sekali lagi mengejang, diiringi leguhan panjang, "Uuhh..hh.." "Lill.., boleh di dalam.., yaah", aku perlu bertanya pada dia, mengingat aku bisa saja sewaktu-waktu keluar.

"mm..".

Kaki Lillian kemudian menjepit pinggangku dengan erat, sementara aku semakin mempercepat gerakan sodokan penisku di dalam lubang kemaluannya. Lillian juga menikmati remasan tanganku di buah dadanya.

"Nih.., Lill.., terima yaa".

Dengan satu sodokan keras, aku dorong pinggulku kuat-kuat, sambil kedua tanganku memeluk badan Lillian dengan erat dan penisku terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluannya dan saat bersamaan cairan maniku menyembur keluar dengan deras di dalam lubang vagina Lillian.

Badanku tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme di atas badan Lillian, sementara cairan hangat maniku masih terus memenuhi rongga vagina Lillian, tiba-tiba badan Lillian bergetar dengan hebat dan kedua pahanya menjepit dengan kuat pinggul saya diikuti keluhan panjang keluar dari mulutnya, "..aagghh.., hhm!", saat bersamaan Lillian juga mengalami orgasme dengan dahsyat.

Setelah melewati suatu fase kenikmatan yang hebat, kami berdua terkulai lemas dengan masih berpelukan erat satu sama lain. Dari pancaran sinar mata kami, terlihat suatu perasaan nikmat dan puas akan apa yang baru kami alami.

Aku kemudian mencabut senjataku yang masih berlepotan dan mendekatkannya ke muka Lillian. Dengan isyarat agar ia menjilati senjataku hingga bersih. Ia pun menurut. Lidahnya yang hangat menjilati penisku hingga bersih. "Ahh..". Dengan kepuasan yang tiada taranya aku merebahkan diri di samping Lillian.

Kini kami menyaksikan bagaimana Stef sedang mempermainkan Filia, yang terlihat tubuh mungilnya telah lemas tak berdaya dikerjain Stef, yang terlihat masih tetap perkasa saja. Gerakan Stef terlihat mulai sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang pernah dia perlihatkan. Mulai saat ini Stef mengerjai Filia dengan sangat brutal dan kasar.

Filia benar-benar dipergunakan sebagai objek seks-nya. Saya sangat takut kalau-kalau Stef menyakiti Filia, tetapi dilihat dari ekspressi muka dan gerakan Filia ternyata tidak terlihat tanda-tanda penolakan dari pihak Filia atas apa yang dilakukan oleh Stef terhadapnya.

Stef mencabut penisnya, kemudian dia duduk di sofa dan menarik Filia berjongkok diantara kedua kakinya, kepala Filia ditariknya ke arah perutnya dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Filia sambil memegang belakang kepala Filia, dia membantu kepala Filia bergerak ke depan ke belakang, sehingga penisnya terkocok di dalam mulut Filia. Kelihatan Filia telah lemas dan pasrah, sehingga hanya bisa menuruti apa yang diingini oleh Stef, hal ini dilakukan Stef kurang lebih 5 menit lamanya.

Stef kemudian berdiri dan mengangkat Filia, sambil berdiri Stef memeluk badan Filia erat-erat. Kelihatan tubuh Filia terkulai lemas dalam pelukan Stef yang ketat itu. Tubuh Filia digendong sambil kedua kaki Filia melingkar pada perut Stef dan langsung Stef memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Filia.

Ini dilakukannya sambil berdiri. Badan Filia terlihat tersentak ke atas ketika penis raksasa Stef menerobos masuk ke dalam lubang kemaluannya dari mulutnya terdengar keluhan, "aagghh!", Filia terlihat seperti anak kecil dalam gendongan Stef. Kaki Filia terlihat merangkul pinggang Stef, sedangkan berat badannya disanggah oleh penis Stef.

Stef berusaha memompa sambil berdiri dan sekaligus mencium Filia. Pantat Filia terlihat merekah dan tiba-tiba Stef memasukkan jarinya ke lubang pantat Filia. "Ooohh!". Mendapat serangan yang demikian serunya dari Stef, badan Filia terlihat menggeliat-geliat dalam gendongan Stef. Suatu pemandangan yang sangat seksi.

Ketika Stef merasa capai, Filia diturunkan dan Stef duduk pada sofa. Filia diangkat dan didudukan pada pangkuannya dengan kedua kaki Filia terkangkang di samping paha Stef dan Stef memasukkan penisnya ke dalam lubang kemaluan Filia dari bawah.

Dari ruang sebelah saya bisa melihat penis raksasa Stef memaksa masuk ke dalam lubang kemaluan Filia yang kecil dan ketat itu. Vaginanya menjadi sangat lebar dan penis Stef menyentuh paha Filia. Kedua tangan Stef memegang pinggang Filia dan membantu Filia memompa penis Stef secara teratur, setiap kali penis Stef masuk, terlihat vaginanya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di pinggir bibir vaginanya. Ketika penisnya keluar, terlihat vaginanya mengembang dan menjepit penis Stef. Mereka melakukan posisi ini cukup lama.

Kemudian Stef mendorong Filia tertelungkup pada sofa dengan pantat Filia agak menungging ke atas dan kedua lututnya bertumpu di lantai. Stef akan bermain doggy style. Ini sebenarnya adalah posisi yang paling disukai oleh Filia.

Dari belakang pantat Filia, Stef menempatkan penisnya diantara belahan pantat Filia dan mendorong penisnya masuk ke dalam lubang vagina Filia dari belakang dengan sangat keras dan dalam, semua penisnya amblas ke dalam vagina Filia.

Jari jempol tangan kiri Stef dimasukkan ke dalam lubang pantat. Filia setengah berteriak, "aagghh!", badannya meliuk-liuk mendapat serangan Stef yang dahsyat itu. Badan Filia dicoba ditarik ke depan, tapi Stef tidak mau melepaskan, penisnya tetap bersarang dalam lubang kemaluan Filia dan mengikuti arah badan Filia bergerak.

Filia benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi teriakan, "Ooohhmm.., aaduhh!". Stef mencapai payudara Filia dan mulai meremas-remasnya.

Tak lama kemudian badan Filia bergetar lagi, kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada sofa, dari mulutnya terdengar, "Aahh.., aahh.., sshh.., sshh!". Filia mencapai orgasme lagi, saat bersamaan Stef mendorong habis pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantat Filia, penisnya terbenam seluruhnya ke dalam kemaluan Filia dari belakang.

Sementara badan Filia bergetar-getar dalam orgasmenya, Stef sambil tetap menekan rapat-rapat penisnya ke dalam lubang kemaluan Filia, pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga penisnya yang berada di dalam lubang vagina Filia ikut berputar-putar mengebor liang vagina Filia sampai ke sudut-sudutnya.

Setelah badan Filia agak tenang, Stef mencabut penisnya dan menjilat vagina Filia dari belakang. Vagina Filia dibersihkan oleh lidah Stef. Kemudian badan Filia dibalikkannya dan direbahkan di sofa. Stef memasukkan penisnya dari atas, sekarang tangan Filia ikut aktif membantu memasukkan penis Stef ke vaginanya.

Kaki Filia diangkat dan dilingkarkan ke pinggang Stef. Stef terus menerus memompa vagina Filia. Badan Filia yang langsing tenggelam ditutupi oleh badan Stef, yang terlihat oleh saya hanya pantat dan lubang vagina yang sudah diisi oleh penis Stef.

Kadang-kadang terlihat tangan Filia meraba dan meremas pantat Stef, sekali-kali jarinya di masukkan ke dalam lubang pantat Stef. Gerakan pantat Stef bertambah cepat dan ganas memompa dan terlihat penisnya yang besar itu dengan cepat keluar masuk di dalam lubang vagina Filia, tiba-tiba,

"Ooohh.., oohh!", dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak, Stef menekan habis pantatnya dalam-dalam, mememetin pinggul Filia ke sofa, sehingga penisnya terbenam habis ke dalam lubang kemaluan Filia, pantat Stef terkedut-kedut sementara penisnya menyemprotkan spermanya di dalam vagina Filia

Sambil kedua tangannya mendekap badan Filia erat-erat. Dari mulut Filia terdengar suara keluhan, "Sssh.., sshh.., hhmm.., hhmm!", menyambut semprotan cairan panas di dalam liang vaginanya.

Setelah berpelukan dengan erat selama 5 menit, Stef kemudian merebahkan diri di atas badan Filia yang tergeletak di sofa, tanpa melepaskan penisnya dari vagina Filia. Filia melihat ke saya dan memberikan tanda bahwa yang satu ini sangat nikmat.

Aku tidak bisa melihat ekspresi Stef karena terhalang olah tubuh Filia. Yang jelas dari sela-sela selangkangan Filia mengalir cairan mani. Kemudian Filiapun seperti kebiasaan kami membersihkan penis Stef dengan mulutnya, itu membuat Stef mengelinjang keenakan. Malam itu kami pulang menjelang subuh, dengan perasaan yang tidak terlupakan. Kami masih sempat bermain 2 ronde lagi dengan pasangan itu.

Thursday, November 3, 2016

MANDIRIQQ - SEKS DENGAN TEMAN SEKANTOR

SEKS DENGAN TEMAN SEKANTOR

Perkenalkan namaku By. Aku bekerja di sebuah perusahaan di kawasan segitiga emas di Jakarta. Sebagai seorang supervisor, aku sering melakukan perjalanan ke luar kota untuk mengunjungi klien maupun mengontrol penjualan. Nah, suatu hari aku kebetulan mendapat ijin untuk masuk siang karena pada malam sebelumnya aku bertugas di luar kota.

SEKS DENGAN TEMAN SEKANTOR


Sekitar jam 10.00, pintu kamar kostku diketuk oleh Bi Minah (penjaga kos).
“Mas, ada tamu”, panggil Bi Minah dari balik pintu.

Dengan malas-malasan aku beranjak dari tempat tidurku dan membuka pintu. Eh.., di belakang Bi Minah berdiri Nana, teman sekantorku. Memang, dia bertugas di bagian pemasaran sehingga bisa dengan leluasa keluar kantor.

Setelah Bi Minah pergi, aku menyilakannya masuk.
“Ada apa nih?”, tanyaku sambil mengucek-ucek mata.
Maklum, kemarin malam aku sampai di Jakarta sekitar pukul 02.00 dinihari.
“Nggak, mau main aja”, jawabnya sambil tersenyum.
Setelah ngobrol ngalor-ngidul tentang suasana kantor, aku minta ijin untuk mandi.

Sewaktu di kamar mandi, aku terus berpikir ada apa kok tiba-tiba dia datang ke kosku. Selama ini aku hanya mengenalnya sepintas dan itu pun hanya basa-basi. Bukannya sombong, tapi dia bukan anak buahku langsung. Jadi, memang jarang bertemu. Tapi, jujur saja, Nana tergolong cantik. Dengan kulitnya yang putih, gigi yang teratur rapi, plus rambut hitamnya yang sebahu, siapa pun akan mengakui kecantikannya. Belum lagi dada dan pantatnya yang memang aduhai.

Usai mandi, aku bergegas kembali ke kamar. Ternyata, dia sudah duduk di tempat tidurku sambil membaca majalah. Pikiran kotorku segera bekerja, “Pasti ada maunya nih”. Dengan alasan akan mengambil baju yang tergantung di balik pintu, aku menutup pintu dan menguncinya. Sedetik kemudian, aku menemaninya duduk di ranjang.

Sambil ngobrol, dengan perlahan wajahku kudekatkan ke wajahnya. Dia hanya diam saja dan tidak mencoba menghindar. Langsung saja kulumat bibirnya dan ternyata responnya sangat mengejutkan. Nana membalas ciumanku dengan bernafsu dan bibirnya makin terbuka saat lidahku bermain di mulutnya. Cukup lama juga kami berpagutan, dan jelas burungku sudah berontak hendak keluar dari sarangnya. Saat kami berciuman, dia membisikkan bahwa dia sayang padaku.

Sambil lidahku menuruni lehernya yang jenjang dan wangi, tanganku segera meraba dadanya yang kenyal. Dia menggelinjang saat tanganku meremas buah dadanya yang berada di balik blouse putihnya. Dengan lembut kulepaskan satu persatu kancing bajunya dan menyembullah buah dada yang terbungkus bra putih. Dengan ukuran 36B, buah dada itu nampak hendak mau tumpah dari cungkup branya.

Segera saja kubenamkan wajahku ke dadanya. Nana makin mendesah dan tangannya meremas-remas rambutku. Kujilati dadanya dan dengan gentle aku menyusuri gunung kembarnya. Dengan mulutku, kubuka cup branya dan tangan kiriku membuka kait bra di punggungnya. Rupanya, kelembutanku sangat menyenangkan dia. Nana tertawa kecil sambil mengelus rambutku.

Terlihatlah buah dada Nana yang menantang dengan puting berwarna coklat pucat. Putingnya tidak seberapa besar, tapi lingkaran putingnya benar-benar membuatku bernafsu. Lebar dan benar-benar bulat sempurna. Segera kukulum putingnya dan sesekali menggigitnya dengan mesra.

Nana makin liar dan tubuhnya terdorong ke belakang sampai rebah di ranjang. Ini memudahkan pengembaraanku. Dengan posisi berbaring, aku lebih leluasa mengulum kedua buah dadanya. Dengan kedua tanganku, kutangkupkan kedua bukit indah itu dan lidahku menjilatinya bergantian. Kombinasi permainan lidah dan remasan tanganku rupanya membuatnya makin bergairah.

“Terus, Mas.., terus.., aduh enaknya..”, desisnya. Buah dada yang tadinya lembut itu makin menegang putingnya dan dengan rakusnya kulahap. Tangannya makin membenamkan wajahku ke buah dadanya. Tangan Nana lalu menyusuri perutku dan jarinya masuk ke dalam celana dalamku.

Kemaluanku pun dipijat-pijatnya. Walaupun aku sudah tegang, tapi penisku baru 70% ereksi. Bukannya sombong, tapi aku tergolong lambat panas. Aku segera melepas celana dalamku dan dengan leluasa tangannya mengocok penisku. Rasanya selangit deh, antara geli dan enak. Walaupun tidak tergolong besar (panjang 15 cm, diamater 4 cm), tapi stamina penisku cukup prima.

Aku tidak mau kalah dan mulutku pun mulai menuju perutnya. Lidahku berhenti sejenak di pusarnya dan kumasuki lubang pusarnya dengan lidah. Pinggul Nana langsung terangkat dan desahannya makin kencang.

Lalu tangan kananku mencari risleting roknya dan menurunkannya. Rok mini hijaunya kupelorotkan dan kuciumi paha putihnya yang merangsang. Mulai dari balik dengkul, sampai ujung paha kejelajahi dengan lembut. Nana terlihat menggigit bibirnya sendiri sambil matanya merem melek keenakan.

Ketika kuciumi pangkal pahanya, terlihat beberapa bulu halus menyembul keluar dari celana dalam satin hitamnya. Perlahan, jariku menyibak pinggir celana dalamnya dan kujilati clitorisnya. Rupanya, sensasi dengan cara kukulum clitorisnya ketika masih memakai celana dalam sangat disukainya.

Desis Nana bercampur nafas yang semakin memburu makin membuatku gila. Dengan bernafsu kujilati seluruh vaginanya yang berwarna merah muda. Lidahku turun naik menyusuri vagina wanginya dan dengan gerakan liar kumainkan lidahku di lubang kemaluannya.




Setelah sekitar 5 menit, vagina indah itu sudah basah oleh lendir dan dengan bernafsu semakin kujilati. Lalu, tiba-tiba Nana menarik lenganku ke atas. “Ayo dong Mas, Nana udah nggak tahan. Masukin dong Mas..”, pintanya dengan mata memelas. Ia pun segera merenggangkan kedua pahanya dan terlihat vaginanya yang sangat menggiurkan.

Aku segera mengarahkan penisku ke lubang vaginanya. Sambil memeluk tubuhnya dengan erat, perlahan kudorong penisku memasuki vaginanya. Mulanya agak seret, tapi Nana malah mendorong pantatku. Akhirnya dengan sebuah hentakan lembut seluruh penisku berhasil masuk.

Bulu vagina Nana yang lebat terasa menggesek bagian atas penisku dan membuatku makin terangsang. Begitu berada di dalam liang vaginanya, penisku langsung mengembang sempurna dan menjadi keras sekali. “Aduh, Mas.., enak banget punyamu. Makin besar di dalam..”, desahnya.

Langsung kulumat bibirnya dan serentak pinggulku mendorong penisku untuk maju mundur. Alamak enaknya! Bagian dalam vaginanya mencengkeram erat penisku yang tak henti-hentinya kugesek-gesekkan di bibir vaginanya. “Benar-benar nikmat nih cewek”, batinku.

Nana pun mengimbangi gerakanku dengan memutar-mutar pinggulnya. “Slap.., slap..”, suara penisku yang sedang giat-giatnya memasuki vaginanya terdengar dengan merdunya. “Terus Mass.., terus.., ah.., enak..”, jeritnya kecil.

Aku semakin terangsang dan mempercepat gerakan penisku. Kupandangi wajah cantik Nana yang kini penuh dengan keringat dan mulutnya yang setengah terbuka. “Kubikin kamu bahagia Na”, bisikku. Dia hanya tersenyum dan makin mempercepat gerakan pinggulnya. Sempat kulirik penisku yang sedang beraksi memasuki liang kenikmatan Nana. Aku pun makin terangsang.

Payudara Nana bergerak naik turun seirama nafsu yang makin memuncak. Tidak berapa lama kemudian, kedua kakinya dilingkarkan di pinggangku dan menjepit erat. Wajahnya sudah merah padam dan matanya sedikit terpejam. Lagi-lagi bibirnya digigit sendiri dan tangannya mendorong pantatku untuk masuk lebih dalam.

Makin kubenamkan penisku dalam-dalam. Tanganku meremas-remas payudaranya. Beberapa detik kemudian pantatnya diangkat dan jepitan kakinya makin erat sampai aku susah bernafas. “Aaahh..”, dia berteriak dan tubuhnya menegang. Rupanya dia sedang mengalami orgasme. Penisku terasa basah oleh cairan vaginanya. Tapi, tatap saja tidak kulepas penisku dari jepitan vaginanya.

“Kamu hebat Mas”, ujarnya di sela-sela desah nafasnya. Kucium bibirnya dan segera kuangkat kedua pahanya tinggi-tinggi sampai ke dadanya. Dengan bernafsu kugenjot lagi vaginanya. “Aih.., istirahat dulu dong Mas..”, pekiknya pelan sambil tersenyum.

Segera kusumpal bibirnya dengan mulutku dan makin kupercepat gerakan penisku memasuki liang vaginanya. Gelinjangnya semakin liar. Sekitar 5 menit kemudian, dia mengerang lagi. Aku pun sudah tidak tahan. “Di dalam saja Mas”, bisiknya mesra. Kupercepat gerakan penisku di dalam vaginanya dan.., “Crot.., crot..”, kubanjiri vaginanya dengan sperma kentalku. Kami berpelukan erat sambil melakukan french kissing.

Nana meletakkan kepalanya ke dadaku sambil mengelus-elus penisku.
“Hebat ya punyamu Mas, aku udah puas banget”, ujarnya dengan senyum manis.

Karena dielus-elus, penisku pun bangun lagi. Nana ternyata paham dan langsung mengulum penisku di mulutnya. Hebat deh, nggak kena gigi! Tangan kanannya mengocok penisku, sementara mulutnya dengan rakus menjilati kepala penisku. Wow, nikmat sekali rasanya, serasa aku terbang di langit ketujuh.

Tak sabar, aku segera duduk dan dia segera mengangkang. Kami pun bercinta lagi dengan bersemangat. Dengan bergelora, dia memompa penisku naik turun. Di depan mataku, payudara indahnya bergerak naik turun dan segera saja kulahap keduanya. Dia makin gila, dan kedua tangannya diangkat di kepala.

“Bless.., bless.., bles..”, penisku semakin cepat dipompanya.
“Barengan yuk”, pintanya.

Akhirnya, sambil memeluk tubuhku erat-erat, dia menjambak rambutku dengan mata terpejam erat. Kali ini aku tidak mau menahan-nahannya lagi, dan segera saja kusemburkan spermaku sekali lagi. Tubuh Nana melengkung ke belakang manahan kenikmatan yang tiada tara. Beberapa detik kami serasa di awang-awang.

Peluh membasahi tubuh kami berdua. Sejak saat itu, kami selalu mengulangi persetubuhan yang indah itu, baik di tempat kosku, di rumah Nana ataupun di hotel yang kami sewa. END

Wednesday, November 2, 2016

MANDIRIQQ - TANTE LIN YANG BEGITU MENGGODA

TANTE LIN YANG BEGITU MENGGODA

Debi mendekati dari belakang dan mendekapnya sambil tangannya meremas sepasang bukit kembar yang menggantung bebas. Tante Lin menggelinjang merasakan remasan di dadanya. Apalagi ketika kuduknya diciumi Debi. Perlahan dirasakan batang Penis Debi mulai bangkit lagi mengganjal dipantatnya. Tante Lin semakin mengelinjang ketika tangan Debi yang satunya mulai merambahi selangkangannya.

MANDIRIQQ - TANTE LIN YANG BEGITU MENGGODA


“Sudah nggak sabar ya” katanya sambil ketawa dan berbalik. Kembali keduanya berciuman dengan rakus. “Dikamar saja ya” ajak Tante Lin ketika ciuman mereka semakin larut. Mereka masuk kekamar yang biasanya untuk tamu. Disana ada tempat tidur besar dengan kasur empuk.

Tante Lin mendorong tubuh Debi keranjang dan jatuh celentang. Tante Lin juga segera menjatuhkan tubuhnya di ranjang menyusul Debi. Keduanya kembali berciuman dengan buas. Tapi tidak lama karena Tante Lin mendorong kepala Debi kebawah. Ia ingin Debi mengerjai buah dadanya.

Debi menurut karena ia pun sudah ingin merasakan lembutnya sepasang bukit kembar yang montok berisi itu. Tante Lin mendesah sambil mengerumus rambut Debi yang mulai menjilati dan menghisapi salah satu pentil buahdadanya. Sedangkan yang satunya diremasi tangan Debi dengan lembut. Debi merasakan buah dada yang lembut dan perlahan terasa semakin menegang dengan pentil yang mengeras.

“uuuhhhh… Bi…! Geliin..teruskannn!!!!!!!!!!!!!!!!!!!…!”Tangan Debi yang satunya mulai merambahi kembali selangkangan cewek itu. Tante Lin menyambutnya dengan merenggangkan kedua kakinya.

“Ahh..terus sayang!” desisnya ketika jemari pemuda itu mulai menyentuh kemaluannya. Jemari Debi dengan perlahan menyusuri lembah berbulu dimana didalamnya terdapat bibir lembut yang lembab.

Tante Lin semakin menggelinjang ketika ujung jari Debi menyentuh kelentitnya. Kini mulut dan tangan Debi secara bersamaan memberikan rangsangan kepada cewek kesepian yang haus seks itu. Sementara Tante Lin juga sangat menikmati jilatan dan rabaan pemuda itu.Beberapa lama kemudian Debi mengambil inisiatif setelah puas merambahi sepasang bukit ranum itu, perlahan mulutnya mulai bergerak kebawah menyusuri perut mulus Tante Lin dan berhenti di pusarnya.

Tante Lin menggelinjang ketika pusarnya dijilat lidah pemuda itu.Tante Lin rupanya tidak mau nganggur sendiri. Ditariknya pinggul Debi kearah kepalanya. Debi faham maksudnya. Dengan segera dikangkangi kepala Tante Lin diantara kedua pahanya dan menempatkan pangkal pahanya dengan batang Penis yang menegang keras diatas muka Tante Lin.

Yang segera disambut Emutan Tante Lin dengan bernafsu. Debi juga sudah menempatkan kepalanya diantara paha Tante Lin yang mengangkang. Mulutnya mulai merambahi kembali lembah harum berjembut lebat itu. Keduanya melakukan tugas dengan nafsu yang semakin tinggi dan terus berusaha merangsang pasangan masing-masing.

Tante Lin istri kesepian yang bertahun-tahun menyimpan hasrat, sehingga sekarang seakan mempunyai nafsu yang sepertinya tidak hDebis-hDebis untuk ditumpahkan. Demikian juga dengan Debi pemuda lajang yang cukup berpengalaman dalam urusan cewek tapi baru kali ini bercinta dengan istri orang, sehingga fantasi yang dirasakan sangat beda dari yang pernah dialami sebelumnya.

“aaaahhh,,,,,oooohhhh,,,,…! Bi, lakukanlah” desah Tante Lin mulai tidak tahan menahan hasratnya. Debi segera menghentikan jilatannya dan mengatur posisi. Tante Lin celentang pasrah dengan kedua paha terbuka lebar menantikan hujaman batang Penis Debi pada lubang vaginanya yang telah semakin berdenyut.

Dadanya berdebar kencang, mengingatkannya pada malem pertama ketika untuk pertama kali diperawani suaminya. Usianya belum lagi tujuhbelas tahun waktu itu. tidak ada kemesraaan dan kenikmatan, yang ada hanya kesakitan ketika batang Penis Ahmad merobek lubang kemaluannya. Untung cuma berlangsung sebentar karena suaminya cepat keluar air maninya. Dilihatnya wajah puas suaminya ketika ada bercak darah disprei, tanda istrinya masih perawan.

Tante Lin tersentak dari mimpi buruknya ketika terasa benda hangat menyentuh bibir vaginanya. Direngkuhnya tubuh Debi ketika perlahan batang Penis yang keras itu mulai menyusuri lubang vaginanya. “aaahhhh,,,! enak Bi!” desisnya. Tangannya menekan pinggul Debi agar batang Penis pemuda itu masuk seluruhnya.

Debi juga merasakan nikmat. vagina Tante Lin masih terasa sempit dan seret. Debi mulai menggerakkan pinggulnya perlahan naik-turun dan terus dipercepat diimbangi gerakan pinggul Tante Lin. Keduanya terus berpacu menggapai nikmat. “Ayo Bi genjot terusss!” desis Tante Lin makin hilang kendali merasakan nikmat yang baru kali ini dirasakan.

Debi mengerakkan pinggulnya semakin cepat dan keras. Sesekali disentakkan kedepan sehingga batang Penisnya tuntas masuk seluruhnya kedalam vagina Tante Lin. “ooohhhhh eennaakkkk bbbiiii,,,,,!”jerit Tante Lin nkmat setiap kali Debi melakukannya.Terasa batang Penis itu menyodok dasar lubang vaginanya yang terdalam.

Semakin sering Debi melakukannya, semakin bertambah nikmat yang dirasakan Tante Lin sehingga pada hentakan yang sekian Tante Lin merasakan otot diseluruh tubuhnya meregang. Dengan tangannya ditekan pantat Debi agar hujaman bantang Penis itu semakin dalam. Dan terasa ada yang berdenyut-denyut didalam lubang vaginanya. “aaaddduhhhh gguussttii,,,,,,,,,ooohhhh,,,,!” teriaknya tertahan merasakan orgasme yang untuk pertama kali saat bersanggama dengan lelaki.

Sangat nikmat dirasakan Tante Lin. Seluruh tubuhnya terasa dialiri listrik berkekuatan rendah yang membuatnya berdesir. Debi yang belum keluar terus menggerakkan pinggulnya semakin cepat. Menyebabkan Tante Lin kembali berusaha mengimbangi.




Diangkat kedua kakinya keatas dan dipegang dengan kedua tangannya, sehingga pinggulnya sedikit terangkat sehingga vaginanya semakin menjengkit. Menyebabkan hujaman Penis Debi semakin dalam.

Debi yang berusaha mencapai kenikmatannya, merasa lebih nikmat dengan posisi Tante Lin seperti itu. Demikian juga dengan Tante Lin, perlahan kenikmatan puncak yang belum turun benar naik lagi.Tante Lin mengangkat dan menumpangkan kakinya dipundak Debi, sehingga selangkangannya lebih terangkat.

Debi memeluk kedua kaki Tante Lin, sehingga tubuhnya setengah berdiri. Dirasakan jepitan vagina Tante Lin lebih terasa sehingga gesekan batang Penisnya menjadi semakin nikmat. Debi semakin menghentakkan pinggulnya ketika dirasakan kenikmatan puncak sudah semakin dekat dirasakan.

“aaaahhhhh,,,,” Debi mendesah nikmat ketika dari batang Penisnya menyembur cairan kenikmatannya. Dikocoknya terus batang Penis itu untuk menuntaskan hasratnya. Bersamaan dengan itu Tante Lin rupanya juga merasakan kenikmatan yang kedua kalinya.

“AAAhhhhh,,,!!” jeritnya untuk kedua kali merasakan orgasme berturut-turut. Tubuh Debi ambruk diatas tubuh Tante Lin. Keduanya saling berdekapan. Kemaluan mereka masih bertaut. Keringat mengucur dari tubuh keduanya, bersatu. Nafas saling memburu.

“Matur nuhun ya Bi, Matur nuhun” kata Tante Lin terbata mengucapkan terima kasih diantara nafasnya yang memburu. Tuntas sudah hasratnya. Dua tubuh yang panas berkeringat terus berdekapan mengatasi dinginnya malem.

tidak sampai 10 mereka saling berdekapan ketika dirasakan Debi, batang Penisnya yang telah lepas dari lubang vagina Tante Lin mulai dirabai dan diremas kembali oleh tangan Tante Lin. Rupanya cewek ini sudah ingin lagi. Debi tersenyum dalam hati, lembur nih ini malem!Memang Tante Lin sudah bangkit lagi hasratnya. Nafsunya yang lama terpendam seakan-akan segera muncul kembali meskipun baru terpenuhi.

Sepertinya ia tidak ingin melepaskan kesempatan malem ini untuk bercinta sebanyak mungkin dengan Debi sampai besok pagi, dengan berbagai teknik dan posisi yang selama ini cuma diangankannya. Dan malem itu mereka melewati malem panjang dengan penuh keringat, cumbuan, rabaan, hentakan nafas dan desahan nikmat berkali-kali sampai pagi.

Debi bangun ketika dirasakan sinar matahari menyinari tubuhnya yang masih telanjang cuma ditutupi selimut. Ia masih terbaring diranjang tempat dia bercinta sepanjang malem dengan Tante Lin. Dilihatnya jam sudah pukul sembilan.

Badannya terasa segar meskipun sepanjang malem mengeluarkan tenaga untuk melayani dan mengimbangi nafsu Tante Lin yang ternyata tidak kenal puas. tidak kurang dari lima ronde dilewati oleh mereka dengan sebentar saja istirahat.

Debi ingat setiap dua atau tiga ronde, Tante Lin selalu membuatkannya minuman sejenis jamu yang ternyata sangat berkhasiat memulihkan energinya sehingga sanggup melayani cewek yang haus sex itu berkali2. Debi masih berbaring.

Dicobanya membayangkan kejadian tadi malem. Seperti mimpi tapi benar terjadi. cewek yang terlihat lembut tapi ternyata sangat ganas di tempat tidur. Berbagai posisi bercinta telah mereka lakukan semalem.

Tiba-tiba pintu kamar dibuka dan masuklah Tante Lin dengan pakaian lengkap dengan jilbab rapat menutup rambutnya membawa nampan berisi roti dan minuman. “Eh sudah bangun, bagaimana tidurnya nyenyak” katanya sambil tersenyum dan langsung duduk ditepi ranjang. “Nih sarapan dulu, nantikan kerja keras lagi” katanya sambil senyum menggoda.

Disodorkanya gelas yang berisi telor setengah matang dicampur minuman yang menurut Tante Lin ramuan rahasia menambah gairah lelaki. KemudianTante Lin memberikannya sepotong roti yang dilahap oleh Debi dengan cepat. Baru terasa perutnya sangat lapar.

“Tante mau kemana sih kok rapi…” tanya Debi
“Baru nganter anak saya ke rumah Tante Siti. Biar kita bebas” kata Tante Lin kembali tersenyum nakal.

Debi merasa girang karena hasratnya juga mulai berkobar lagi justru karena melihat Tante Lin berpakaian lengkap. “Tante beda banget deh kalau pake jilbab gini…. Jadinya takut aku macem-macem sama Tante… alimmm banget….” Goda Debi sambil pura-pura menutupi tubunya yang masih bugil itu.

“Kamu bisa aja sih Bi, biar pake jilbab aku kan juga manusia biasa… pengen kehangatan, pengen kenikmatan…” jawabnya sambil mencubit paha Debi, sambil tangan kanannya mencoba melepas jilbabnya. “Tante .. jangan dilepas dulu jilbabnya… Tante mau ngga memenuhi permintaan saya?” kata Debi.. “Apa sih?” tanya Tante Lin agak heran

“Maaf nih Tante, “kata Debi ” Tante mau ngga bergaya seperti penari striptease, membuka satu-persatu baju Tante didepan saya” “Kenapa tidak” kata jawab Tante Lin Tante Lin tersenyum manis sambil bangkit dan mulai bergaya seperti penari salsa. Mengerakkan tangannya juga pinggulnya.

Sambil berputar berusaha melepas jilbabnya.

“Jilbabnya jangan dilepas dulu Tante…” seru Debi.

Debi memperhatikannya sambil berbaring menyender di ranjang. Matanya berbinar menyaksikan gaya dan aktrasi Tante Lin. Dengan masih bergoyang, Tante Lin mulai membuka kancing bajunya sehingga mencuatlah susu montoknya yang terbungkus bra. Sambil terus menggoyangkan pinggulnya meluncurlah celana panjang yang dipakainya, hingga kini Tante Lin hanya mengenakan jilbab, bra dan CD berwarna pink.

Dalam keadaan setengah bugil itu goyangan Tante Lin semakin seronok dan menggoda. Kedua tangannya meremasi buahdadanya sambil pinggulnya bergoyang maju-mundur. Debi benar-benar terpesona memandang didepan matanya seorang Tante Lin berjilbab menari erotis hanya menggunakan bra dan CD wow… dan perlahan batang Penisnya mulai ngaceng.

Tante Lin naik keatas ranjang. Tariannya kini semakin liar. Disorongkannya pangkal pahanya ke muka Debi sambil menurunkan CDnya sedikit, memperlihatkan bulu jembutnya. Debi menanggapi dengan meraba paha Tante Lin dan membelainya. Kini selangkangan Tante Lin tepat dimuka Debi.

Dengan tangannya ditariknya kebawah CD Tante Lin dan langsung dijilati rimbunan jembut menghitam yang dibaliknya terdapat lembah yang nikmat. Tante Lin mengangkangkan kedua kakinya sambil sedikit menekuk lututnya. Tangannya memegang tembok.

Pinggulnya kini bergerak perlahan mengimbangi jilatan lidah Debi pada selangkangannya.Debi menengadah dengan mulut dan lidahnya merambahi daerah kemaluan Tante Lin dengan rakus.

Tante Lin mendesah nikmat diperlakukan seperti itu, satu tangannya kini meremasi buahdadanya yang telah terbuka. Dengan ujung lidahnya Debi menjilati lubang vagina Tante Lin yang sudah dikuakkan jari tangannya.

Dengan penuh nafsu belahan lembut itu tidak hanya dijilat tapi juga dihisap. Sangat eksotis sekali melihat pemandangan ini, seorang Tante Lin yang masih mengenakan kerudung/jilbabnya sedang dalam keadaan terangsang berat dan kedua tangannya meremas susunya sendiri.

Tante Lin merintih nikmat ketika satu jari tengah Debi dimasukkan kedalam lubang vaginanya yang semakin basah. Debi menggerakkan jarinya keluar masuk di liang kenikmatan itu dengan sesekali mengoreknya seperti mencari sesuatu, ditambah lidahnya terus menjilati kelentit cewek itu, menyebabkan Tante Lin semakin mengelinjang liar.

Tante Lin semakin keras meremasi susunya. Tubuhnya bergetar hebat menerima sentuhan pada lubang vaginanya. Kaki Tante Lin terasa tidak kuat menyangga tubuhnya hingga terduduk. Jari Debi masih terhujam dilubang vaginanya.

Tante Lin membaringkan tubuhnya kebelakang sedangkan pinggulnya diangkat keatas sehingga posisinya melengkung seperti pemain akrobat. Kemaluannya mendongak keatas disangga kedua kakinya yang terbuka. Sehingga kembali mulut Debi dapat merambahi lembah berbulu itu dengan bebas.

Entah kenapa, Debi sangat suka menjilati seputar vagina Tante Lin, selain berbau harum juga sangat indah bila dipandang. Dan tentu Tante Lin juga sangat menyukai perlakuan Debi itu, sesuatu yang telah didambakan selama bertahun-tahun.Setelah beberapa lama, rupanya Tante Lin ingin segera disodok lubang vaginanya dengan batang Penis pemuda itu yang telah keras mengaceng.

Diturunkan tubuhnya dan mengarahkan selangkangannya kebatang Penis Debi yang telah mengaceng keatas. Debi membantu mengarahkan batang Penisnya kelubang yang telah basah merekah itu. Tante Lin mendesah ketika kepala Penis Debi perlahan menyusup kedalam lubang vaginanya yang sempit. Lubang vagina Tante Lin meskipun sudah pernah melahirkan masih terasa sempit dan peret. Itu hasil dari rutinnya ia minum ramuan warisan orang tuanya.

Sehingga selain lebih rapet juga vaginanya berbau harum. Begitu juga ramuan yang diberikan kepada Debi, ramuan khusus untuk lelaki yang membuatnya perkasa dan selalu siap tempur. Dan itu dirasakan oleh Debi setelah minum ramuan buatan Tante Lin. Tubuhnya kembali segar dan batang Penisnya selalu siap tempur.Secara normal Debi memang lelaki yang kuat berhubungan sex, tapi semaleman lima kali bertempur pastilah pagi ini ia masih kecapaian.

Nyatanya pagi ini ia kembali bergairah bahkan semakin tinggi dorongan birahinya. Debi sempat bertanya kenapa ramuan itu tidak diberikan kepada suaminya. Ternyata Tante Lin pernah memberikan suaminya minuman itu, tapi ternya suaminya marah2 dan melempar gelasnya. Baginya haram minum2an yang cuma untuk meningkatkan nafsu belaka.

Debi merasakan selusuran batang Penisnya didalam lubang vagina Tante Lin yang kering tapi lembut. Sehingga sentuhan kepala Penisnya yang sensitif pada dinding lubang vagina itu menjadi lebih nikmat.

Tante Lin mulai menggerakkan tubuhnya naik turun perlahan dan semakin cepat diselingi hentakan-hentakan yang liar. Posisi Debi yang duduk menyandar di sandaran tempat tidur hanya bisa sedikit mengimbangi gerakan Tante Lin yang semakin cepat. Tangannya memegang pinggul montok cewek itu mengikuti gerakan turun naiknya.

Sepasang susu yang montok itu terguncang-guncang menggesek muka Debi. Sesekali Tante Lin menghempaskan pingulnya kebawah sehingga batang Penis Debi menghujam seluruhnya didalam lubang vaginanya.

Dan itu mendatangkan nikmat yang sangat bagi Tante Lin ketika kepala Penis Debi menghujam lubang vaginanya yang terdalam yang paling sensitif. Tante Lin terus mehentakkan pinggulnya semakin cepat ketika dirasahan tubuhnya mulai dialiri getaran yang semakin keras, dan tanpa bisa dicegah tubuhnya mengejang ketika getaran itu mencapai puncaknya.

“UUUhhhhhhhhh,,,,,,..!! ” jeritnya keras merasakan puncak kenikmatan.

Tubuhnya mendekap Debi dengan ketat. Debi yang belum tertuntaskan hasratnya kemudian mendorong tubuh Tante Lin kebelakang hingga terlentang dengan tubuh Debi berada diatasnya. Batang Penisnya masih bertaut dalam dilubang vagina Tante Lin. Segera Debi mengerakkan pinggulnya naik turun melanjutkan gerakan yang dibuat Tante Lin.

Gerakan Debi langsung cepat karena ia juga ingin membuat Tante Lin orgasme yang kedua kalinya berturut-turut, seperti yang selalu dilakukan sepanjang malem tadi. Bahkan ia ingin membuat hatrick, yaitu membuat Tante Lin klimaks tiga kali berturut-turut.

Debi merasa mampu karena tubuhnya terasa segar sedangkan batang Penisnya masih belum terasa sensitif. Dan nyatanya dihentak sedemikian rupa klimaks Tante Lin yang belum surut, kembali berkobar semakin tinggi. Tante Lin mencoba mengimbangi goyangan Debi, tapi ternyata hanya sebentar ketika orgasme yang kedua kali melandanya.

“Aaaadduhhhh,,,,,GGuuusstttiii,,,,,eennnaaakkk bgtt,,,,,,,,,,,! ” jeritnya nikmat.

Ia merasa puas dengan kemampuan Debi, bukan semata karena ramuan yang diberikannya tapi karena pemuda ini memang pintar bercinta dengan teknik yang bisa mengimbangi hasratnya. Debi terus saja menggerakkan pinggulnya tanpa perduli, ia ingin memberikan yang terbaik kepada cewek ini. Kembali Debi berusaha memacu kembali hasrat Tante Lin yang baru klimaks dan memang tidak lebih dari satu menit kembali tubuh Tante Lin diguncang getaran yang paling nikmat.

“AAAhhhhhh,,,,,,,.!” desahnya kembali.

Belum pernah ia merasakan orgasme tiga kali berturut2. Bahkan yang dua kali secara beruntun. Sehingga tubuhnya terasa melayang kelangit kenikmatan ketujuh. Debi yang masih segar belum menghentikan goyangannya bahkan semakin cepat karena ia mulai merasakan nikmat pada batang Penisnya. Tante Lin yang telah KO tiga kali hanya bisa celentang pasrah, seluruh persendiannya terasa lemas. Tapi tiba2 hasratnya untuk menikmati sperma Debi muncul.

“Bi, saya mau kulum punya kamu” pintanya kembali bersemangat.

Debi menghentikan goyangannya, dia maklum rupanya Tante Lin sudah haus ingin minum. Minum air maninya.Debi juga merasa senang karena ada kenikmatan lain menumpahkan air maninya didalam mulut cewek itu. maka dicabutnya batang Penis dari lubang kenikmatan itu. Tante Lin mengatur posisi. Kepalanya diganjal dengan bantal sehingga setengah berbaring. Debi segera berlutut mengangkangi badan Tante Lin dengan batang Penisnya mengacung tepat dimuka Tante Lin yang langsung menyambarnya dan mengemutnya dengan nikmat.

Benar-benar pemandangan yang penuh sensasi…. luar biasa, seorang Tante Lin terbaring telanjang bulat dengan hanya mengenakan jilbab, suatu paduan yang bertolak belakang… apalagi mulut Tante Lin berjilbab ini membuka siap menerima batang Penisnya yang keras dan basah dengan lendir vaginanya.

Debi merem-melek, gairahnya seakan semakin terbakar melihat dan merasakan bibir Tante Lin berjilbab ini melahap dan mengemut batang Penisnya yang sedang ngaceng dan Debi sangat menikmati sentuhan itu, dibiarkan cewek itu memperlakukan Penisnya dengan mulutnya.

Tante Lin dengan penuh nafsu mengemut dan menjilatinya. Cara perlakuannya semakin pintar dan terampil, hingga nikmat yang dirasakan Debi semakin tinggi.Jarang ada cewek yang dikencaninya mau mengemut batang Penisnya apa lagi menelan air maninya. Yang mau melakukan itu biasanya cewek bayaran. Tapi kini cewek baik-baik, seorang istri yang kesepian dengan rakus melakukannya. Debi merasa beruntung bertemu dengan Tante Lin.

Tidak terpikirkan apa reaksi Pak Ahmad bila tahu perbuatan mereka.Debi merasa batang Penisnya semakin sensitif dikulum dan dilumati mulut Tante Lin yang semakin rakus. Dan tanpa dapat ditahan lagi muncratlah cairan kenikmatan hangat dari otot tegang itu, yang segera dilahap dengan nikmat oleh Tante Lin.

Batang Penis itu dikulum hingga hampir sepenuhnya masuk kedalam mulutnya sehingga sperma yang tercurah langsung masuk ketenggorokannya dan tertelan. Enak sekali dirasakan Tante Lin.

Demikian juga dengan Debi, tubuhnya meregang tersentak2 seiring curahan cairan kenikmatannya yang dengan rakus ditelan cewek itu. Tante Lin bahkan juga menjilati cairan yang meleleh dibatang Penis hingga tuntas. Dan tuntas juga ronde pertama dipagi itu.

Di pagi itu, seperti malem tadi, mereka terus kembali merengkuh kenikmatan hingga sore. Hingga anaknya Tante Lin datang. END

MANDIRIQQ - SEKS PAGI HARI

SEKS PAGI HARI

Tidak tahu sudah berapa lama aku ketiduran, tiba-tiba aku bangun karena harus buang air kecil. Batang penisku masih terasa basah & lembab karena air liur Deby. Setelah membilas batang penisku, aku kembali ke kamarku. Matahari sudah menampakkan diri, tetapi jam masih menunjukkan pukul 6 pagi di hari Sabtu.

MANDIRIQQ - SEKS PAGI HARI


Good thing we don’t have to work on Saturday. Jadi aku kembali ke tempat tidurku lagi. Tampak Deby yang masih tertidur pulas di tempat tidurku sambil menutupi perutnya dengan selimut tipis dan mengenakan daster tidur yang tipis. Maklum meskipun musim panas, tapi karena sudah terbiasa memakai selimut, tidur tanpa selimut membuatnya merasa beda atau aneh.

Melihat kecantikan wajah Deby and keindahan serta kemulusan tubuhnya Deby, membuatku kembali bersemangat. Mengingat semalam aku dibuat tidak berkutik oleh Deby, membuatku ingin membuatnya tidak berkutik pagi ini. Aku juga tau betul favorite Deby, yaitu sex in the morning.

Dulu-nya dia sering menggodaku karena setiap pagi tanpa ada rangsangan apapun, batang penisku bangun dan mengeras dengan sendiri. Aku bilang padanya bahwa itu sangatlah normal, dan setiap lelaki normal pasti mengalaminya. Tapi itu justru yang membuat Deby makin suka melakukan sex di pagi hari.

Dia pernah mengatakan padaku bahwa di pagi hari (sewaktu baru bangun tidur), batang penisku bisa terasa lebih keras daripada di saat-saat yang lain. Aku tidak tau apa ini benar, atau hanya dipikiran dia saja. Tapi itu sama sekali tidak mengganggu pikiranku, karena selama Deby senang menikmati batang penisku, itu sudah lebih dari cukup buatku.

Kali ini aku yang memulai action-nya. Pertama-tama aku kecup kening-nya, dan kemudian mengelus-elus lembut rambut-nya yang hitam. Deby kemudian melihatku dengan kedua mata yang masih terkantuk-kantuk sambil tersenyum manis, dan akhir-nya memejamkan matanya kembali.

Tapi aku masih belum ingin berhenti sampai di situ. Aku mencoba mengubah posisi tidur Deby menjadi terlentang dari posisi tidur sebelum-nya yang menyamping, dan berhasil. Aku tarik selimut tipis-nya, dan aku lempar ke samping tempat tidurku. Terlihat paha mulus dan putih Deby, membuatku menelan ludah.

Aku mengambil posisi di sebelah kanan Deby dan berbaring menyampingi tubuh-nya yang sedang terlentang. Tangan kiriku menopang kepala dan leherku, sementara tangan kananku mengelus-elus rambut-nya. Deby tampak menikmati setiap sentuhan yang aku berikan padanya.

Kemudian tangan kananku turun menuju dada-nya yang masih tertutup kain daster tidur-nya. Karena kain daster itu tipis sekali, aku bisa merasakan tonjolan puting susu Deby dengan jelas di telapak tanganku. Aku mendekatkan muka-ku untuk berusaha mencium bibir manis-nya.

Dengan masih setengah mengantuk, Deby membalas serangan ciumanku tapi tanpa tenaga alias pasrah. Diatas kain daster-nya, aku memainkan tangan kananku memaini puting susu-nya. Kadang-kadang aku cubit lembut, dan kadang-kadang aku elus-elus. Terdengar hela-an napas Deby yang berubah menjadi lebih panjang. Kali ini Deby mulai terangsang. Mengetahui hal itu, aku semakin bersemangat menjelajahi tubuh-nya.

Tangan kiriku sekarang tidak lagi menopang kepala dan leherku, tetapi ikut berpetualang dengan tangan kananku. Kutarik lepas daster-nya ke bawah agar tidak membuat Deby merasa tidak nyaman karena harus berdiri dulu tubuh-nya untuk melepas daster-nya.

Karena Debyn tidak mengenakan BH dan celena dalam, dalam sekali tarik, terlanjang-lah tubuh Deby tanpa sehelai benang apapun yang menempel di tubuh-nya. Deby masih berpura-pura tidur. Aku tau jelas dan pasti bahwa Deby sudah sejak tadi telah terbangun dan mengeluarkan hela-an napas terangsang-nya.

Kudekatkan wajah-ku di puting susu-nya yang sebelah kanan, dan menjilatnya dengan lembut. Puting susu yang berwarna coklat muda dan bersih itu membuatku makin terangsang, dan ingin mengulum terus menerus.

Secara bergantian puting susu-nya aku jilat, kulum, dan kadang kala aku sedot sedikit keras. Napas Deby kali ini makin memburu tidak karuan. Bunyi erangan-nya pun kadang kala sempat keluar dari mulut-nya. “Ahhh… kak Ditto …”, kalimat terputus-putus itulah yang sering terucap dari mulut Deby.

Setelah puas berkelana dia kedua puting susu Deby, kali ini aku menuju ke tempat yang paling penting dan tujuan paling akhir untuk foreplay ini sebelum menuju ke main menu. Bau khas memek Deby telah menjadi favorite-ku dalam bercinta dengan-nya. Aku mengakui bahwa bau memek Deby tidak membuatku enggan untuk menjilatnya.




Dari semua wanita sebelum Lisa (termasuk Lisa pun) memiliki bau memek yang membuatku enggan untuk menjilati-nya. Terus terang bau-nya anyir dan tidak nyaman. Kebanyakan aku hanya memainkan tangan-ku untuk membuat mereka orgasme atau datang di waktu foreplay (makanan pembuka).

Maka-nya mereka mengatakan bahwa aku memiliki magic touch di jari-jari tanganku yang mampu menundukkan mereka dan membuat mereka bak cacing kepanasan. Dengan Deby berbeda sekali, bau-nya pun tidak anyir, wangi pun tidak (karena tidak mungkin kalo sampai wangi, selain abis mandi), tapi memiliki magnet yang membuatku menyukainya.

Bulu pubis Deby halus dan tidak begitu lebat, sehingga memudahkan aku untuk menjilatinya serta memainkan memek-nya dengan lidahku. Seperti biasa-nya, seperti terkena setrum listrik tegangan tinggi, tubuh Deby mulai tersendak ketika lidahku berkelana di daerah clitoris-nya.

“Ahhh … kak Ditto sayang … enak bangettt … ahhh”, seru Deby makin menjadi-jadi. Napas-nya pun makin memburu kencang. Kadang-kadang dia menjambak rambut-ku.
“Kak Dittooo … Deby hampir dapetttt … ahhh”, tambah Deby sekali lagi.

Kedua selangkangan Deby kubuka lebih lebar lagi, agar bibir vagina-nya lebih merekah lagi. Kali ini aku jilati bagian labia minora-nya dan berusaha untuk mencari dari G spot-nya. Hentakan tubuh Deby makin mengencang, dan napas-nya pun seperti seseorang yang telah berlari sejauh 10 kilometer.

Kali ini memek-nya terasa sedikit asin, dan bisa dipastikan vagina Deby telah mengeluarkan cairan menandakan sebentar lagi the ‘Big’ one is coming very very close. Mengetahui bahwa sebentar lagi Deby akan orgasme, aku mempercepat tarian lidahku di memek-nya.

“Kak Dittoo … kak Dittooo … Deby dah ngga kuuaattt lagi … dah diujung nihhh … pleaseeee kak Ditto”, pinta Deby.

Tak lama kemudian, terdengar jeritan Deby mengisi seluruh kamar tidurku.

“Ahhhh ahhhh ahhhh …”, jerit Deby kencang, dan dengan segera dia menutup mulut-nya dengan tangan-nya sendiri agar suara pekikan-nya tidak sampai terdengar keras.

Aku tetap menjilati memek-nya, sampai Deby menyuruhku untuk berhenti. Setelah itu, tanpa perlu diperintah, aku melucuti semua pakaian tidur yang aku kenakan. Tanpa ada usaha dari Deby, batang penisku telah mengeras dan siap untuk berkelana di dalam memek Deby. Seperti biasa, sejak berhubungan sex dengan Deby, aku tidak perlu menggunakan condom, karena Deby pun tidak menyukaiku memakai condom. Demikianlah pula denganku.

Aku tidak mengalami kesulitan memasuki memek Deby, karena sudah teramat basah dari tadi. Kudorong pelan-pelan batang penisku, dan tanpa ada kesulitan, terbenamlah semua batang penisku di dalam memek-nya.

“Ahhh … kak Ditto … titit-nya keras bangettt …”, kata Deby.

Seakan-akan tidak mendengarkan Deby, aku memaju-mundurkan pinggulku perlahan-lahan, memberikan sensasi erotis ke dalam memek Deby. Kadang-kadang dorongan itu aku hentikan, dan memeluk Deby sambil mencium bibir-nya penuh dengan napsu.

Lidah kami saling berperang di dalam bibir kami yang telah menyatu. Setelah puas berciuman, aku kembali mendorong maju dan mundur pinggulku agar batang penisku seakan-akan menusuk-nusuk lubang memek Deby.

“Ahhh … Deby, memek Karen bener-bener hebat. Enak bangettt … bikin geli banget. Suka ngga dengan titit ini?”, kataku yang sudah ngaco.
“Sukaaa bangettt … kak Ditto janji yah, sayangin Deby terus … dan Deby akan selalu membuat kak Ditto puas jiwa dan raga …”, pinta Deby dengan nada yang terputus-putus.
“Janji … janji akan sayang Deby terus …”, jawabku dengan napas yang terburu.

Semakin lama hentakan dan hujaman batang penisku semakin aku percepat. Pagi itu kita tidak bercinta dengan gaya yang bermacam-macam. Cukup gaya missionaries, tradional, man on top style. Seperti tidak pernah kering, memek Deby selalu saja basah.

Memberi sensasi luar biasa di dalam bercinta ini. Akibat dari percepatan hujaman batang penisku, tubuh karena mengalami reaksi yang sunggu dahsyat. Tanpa ada peringatan apa-apa, tiba-tiba Deby memelukku sambil berteriak panjang.

“Ahhhhhh … kak Ditto jahat … Deby dapet lagiii … ampun kak Ditto … Deby minta ampunnn …”, kata Deby sambil memelukku erat-erat dengan tubuhnya yang mulai menegang. Aku biarkan Deby memelukku, dan menghentikan goyangan pinggulku, agar memberikan udara buat Deby untuk mengatur napas-nya kembali.

Setelah beberapa menit kami berpelukan, aku berniat untuk menyelesaikan permainan sex ini, karena it is time for me to come. “Deby, aku bentar lagi mau datang. Kalo bisa sama-sama yah datang-nya?”, pinta-ku. Deby hanya mengangguk menandakan bahwa dia setuju, dan kemudian mencium bibirku lagi.

Kembali aku mengambil posisi favorite-ku untuk ejakulasi, dan memulai memainkan pinggulku sekali lagi. Aku perlahan-lahan menggoyangkan pinggulku dengan irama yang pasti. Aku berusaha menhujamkan batang penisku dalam-dalam, agar memberikan sensasi seksual lagi kepada Deby.

Deby pun tidak tinggal diam, dia tau betul bagaimana membuatku ejakulasi dengan cepat disaat kami telah bersenggama. Kedua telapak Deby menempel di dadaku, dan kedua jari telunjuknya mulai memainkan puting susuku. Daerah yang paling sensitive untukku.

“Ahhh … Deby … terus Deby … aku bentar lagi mau datang.”, kataku.

Deby pun mulai terlihat kembali bergairah. Aku pun mempercepat permainan ini. Aku tau kalo sebentar lagi batang penisku tidak akan sanggup lagi menahan bendungan air maniku yang sejak tadi meronta-ronta ingin keluar.

“Kak Ditto … kok keras lagi titit-nya?”, goda Deby dengan napas terburu-buru.

“Emang dari tadi ngga keras yah?!”, tanyaku heran dengan tidak menghentikan goyangkan pinggulku. “Ngga kok … cuman kali ini Deby tau kak Ditto sebentar lagi mau datang … datang barengan yukkk …”, pinta Deby sambil tersenyum.

Aku buat lebih cepat lagi goyangan pinggulku, dan batang penisku semakin meronta-ronta ingin memuntahkan air mani-nya. Aku hentakan dan menghujamkan batang penisku makin dalam, dan Deby pun sudah dari tadi mengigau tak karuan. Memek Deby semakin basah, dan gesekan batang penisku di dalam memek-nya seakan-akan mengeluarkan bunyi seperti pipi seseorang yang sedang ditampar.

Aku sudah tidak tahan lagi, kali ini benar-benar harus keluar. Tubuhku mengejang hebat. Melihat perubahan tubuhku itu seperti memberikan aba-aba kepada Deby, kedua kaki Deby menjepit erat pinggulku seperti ingin agar semua batang penisku tertanam penuh ke dalam memek-nya.

“Ahhh … Deby … aku dah mau dapettt … dah diujung … Deby”, kataku yang sudah kacau.
“Kak Ditto … Deby juga mau datang lagiii … I love you kak Ditto.”, jawab Deby.
“Deby … ahhhhhhhh …”, ingauan-ku sudah tak karuan.

Batang penisku mengeras sesaat, dan kemudian disusul dengan semburan air maniku di dalam liang vagina Deby. Kedua kaki Deby terus menekan pinggulku, seolah-olah haus dengan semburan hangat air maniku di dalam liang vagina-nya. Aku tidak menghitung berapa kali batang penisku memuncratkan semua isi air mani yang dari tadi dibendung-nya.

“Kak Ditto … hangattt lohhh …”, kata si Deby.
“Enak ngga?”, tanyaku.
“Always the best sayanggg …”, jawab si Deby manja.

Posisi kami masih berpelukan. Deby mulai mengendurkan kedua kaki-nya dari pinggulku. Batang penisku dari tertanam di dalam memek Deby. Membiarkan-nya perlahan-lahan melemas di dalam. Oh betapa senang-nya aku melakukan hubungan sex dengan Deby.

Ide untuk menggunakan alat kontrasepsi selain condom adalah pilihan utama kami. Untung-nya Deby pun tidak menyukaiku memakai condom. Yang penting pencegahan pregnancy (kehamilan) tetap dijaga baik-baik.

“I love you, Deby. I will always love you. Sorry if I didn’t say it in the first place”, kataku. “It’s ok, kak Ditto. I love you too, and I know that I love you. Karena selama ini Deby selalu melakukan-nya karena Deby cinta ama kak Ditto. Meskipun Deby dulu-nya kadang-kadang sedih memikirkan apakah kak Ditto cinta atau hanya ingin ‘ini’ (sex) doang dari Deby.”, kata Deby dengan nada sedikit sedih.

“I am sorry, Deby. Sekarang aku telah mengerti bahwa sejak dari dulu aku sudah sayang ama Deby. Sorry for making you worried and confused.”, pintaku. “Ngga perlu sorry, kak Ditto. Sekarang semua sudah jelas, jadi Deby tidak akan worried lagi. Apapun yang kak Ditto mau dari Deby, Deby pasti beri semua kepada kak Ditto.”, jawab Deby.

Mendengar ucapan Deby, seakan-akan seperti udara sejuk bagiku. Akhir-nya kucium bibir manis-nya, dan perlahan-lahan kucabut batang penisku dari liang memek-nya. Cepat-cepat aku tutup dengan tissue memek-nya, agar air maniku tidak tumpah keluar membasi tempat tidur-ku. Deby pun cepat-cepat beranjak dari tempat tidur, dan dengan segera ke kamar mandi. Mencuci dan membersihkan memek-nya.

Jam telah menunjukkan jam 7 pagi lewat. Tapi badan kami sudah letih sekali. Telah 1 jam lebih kita berpetualang dalam cinta. Pagi itu kami memutuskan untuk kembali tidur, dan benar saja kami tertidur sampai jam 12 siang. Malam-nya kami mengulangi lagi petualangan cinta dan sex kami yang tidak kalah menarik-nya, dan begitulah hari-hari berikut-nya.

Disaat aku menulis cerita kedua ini, hubungan kami telah berjalan lebih dari 8 bulan, akan tetapi belum ada pihak dari keluarga kami yang mengetahui hubungan ini selain teman-teman dekat kami. Tapi aku merasa bahwa salah satu dari keluarga kami telah mengendus hubungan kita, hanya saja dia tidak berani mengatakan-nya langsung.

Kami hanya tidak tau bagaimana memulai untuk mengatakan pada mereka. END

Monday, October 31, 2016

MANDIRIQQ - THREESOME SAMA MURID SENDIRI

THREESOME SAMA MURID SENDIRI

Karenanya ia memanggil Anto untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya. Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Anto muncul. Ia langsung dipersilakan duduk. “Bu, Anto kangen lho”.

THREESOME SAMA MURID SENDIRI


“Iya deh…, nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan dinaikkan pangkatnya. Jadi…, jadi…, Ibu ingin malam ini malam terakhir kita”, mata Lala berkaca-kaca ketika mengucapkan itu. “Aaa-pa?..”, Anto tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar berita itu. Baginya Lala merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya itu.

“Tapi Anto masih boleh berkirim surat kan?”. Lala bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah, “Iya…, boleh…, boleh”. “Minum dulu Nto, ada es teh di meja makan. Kalau sudah nonton VCD di kamar yaa”, Lala mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar.

Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD ‘Kamasutra-nya Penthouse”. Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menonton TV. Diluar Anto meminum es teh yang disediakan Lala dan membiarkan pintu depan tidak terkunci.

Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi. Lalu Anto menyusul Lala ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap menonton VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat. Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo Pantene.

“Ganti pakaian itu Nto..”, Lala menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya. Ketika Anto sedang mencopot celananya Lala sempat melihat penis pemuda itu menyembul di balik CD GT Man-nya. Setelah selesai Anto juga tengkurap di samping Lala. “Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex”.

“Belum tuh…”, Mata Anto tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan penisnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya. “mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil”. “Thanx..”, Anto kemudian mengecup pipi gurunya. Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas.

Lala kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Anto. Anto kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Lala dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Anto kemudian menciumi tengkuk Lala, dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh lebat.




“aahh…” Setelah puas, Anto kemudian memberi isyarat pada Lala agar duduk di pangkuannya. “Bu, biar Anto yang puasin ibu malam ini…”, Bisik Anto di telinga Lala. Lala yang telah duduk di pangkuan Anto pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan.

“Akhh…”, Lala memejamkan matanya. “Anto…, jilatin vagina ibu…” Anto kemudian merebahkan Lala, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati vagina gurunya. Bau khas dari vagina yang telah basah oleh gairah itu membuat Anto kian bernafsu.

“oohh…, teruss…, teruuss…”, Lala bergetar merasakan kenikmatan itu. Tangannya membimbing tangan Anto dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda. “Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando Anto menjilati pentil clitoris Lala, dengan penuh semangat. “Aduuhh.. ahhh. ahh..” “Anto…, massuukk”.

Kaki Lala kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya penisnya ke vagina Lala yang becek. “mm…”, Lala menggigit bibirnya. Meskipun lubang vaginanya telah licin, namun penis yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk. “Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”, Anto sambil meringis memaju mundurkan penisnya.

Ia merasakan penisnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Lala mempermainkan puting Anto. Dengan gemas dicubitnya hingga Anto berteriak. “Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Anto makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan penisnya.

“aa…”. Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Lala terkejut, tapi tidak bagi Anto. Reza sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri. “mm…, hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?”, Reza kemudian berjalan mendekati mereka. Lala yang hendak berdiri ditahan oleh Anto, yang tetap menjaga penisnya di dalam vagina Lala.

“Nikmati saja…” Reza kemudian mengangkangi Lala, penisnya berada tepat di mukanya. “Isap… Ayoo”, sambil memasukkan penisnya. Saat itu pula Anto menghentakkan gerakannya. Saat Lala berteriak, saat itu pula penis Reza masuk. “Ahh…, nikmat..”, Lala merem-melek menghisap-hisap penis muridnya, sementara Anto dengan puas menggarap vaginanya.

“uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Reza memegangi kepala Lala, agar semakin dalam saja mengisap penisnya. Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Anto keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang vagina gurunya yang cantik. Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala Lala.

Setelah Anto mengeluarkan penisnya dari vagina Lala, “Berdiri menghadap tembok Bu!” Lala masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat Anto keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada penis di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani anto menetes ke lantai.

“mm…, Nto…, liat tuh punya kamu..”, seru Reza sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Lala. Penisnya tepat berada di antara kedua pantat Lala. “Nih Bu rasakan punya Reza juga ya”. Anto dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Reza memegangi pinggang Lala saat ia menyodok-nyodokkan penisnya keluar masuk dengan cepat.

Saat Lala merintih-rintih menikmati permainan mereka, Anto merasakan penisnya tegang lagi. Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali. Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan. “ooww…”, Tubuh Lala yang disangga Reza menegang, kemudian lemas.

Anto menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan menyusup diantara Lala dan tembok. Dipindahkannya tangan Lala ke pundaknya, dan penisnya menggantikan posisi milik Reza. “Anto…”, Lagi-lagi Lala mendesah saat penis Anto masuk dan pinggulnya didorong oleh Reza dari belakang.

“Ahh.. Dorongg.. dorongg.” “aa.. Aa… Aa”. “oohhkk…, kk…, kk..”, Lala berteriak keras sekali, saat dorongan Reza sangat keras menekan pinggulnya. penis Anto amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke vagina Lala. Saat itu pula ia merasakan penis yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali.

Malam itu merupakan malam yang liar bagi ketiga insan yang akan berpisah itu. Malam yang tidak bisa mereka lupakan untuk selamanya.

Friday, October 28, 2016

MANDIRIQQ - PEMERKOSAAN DI DALAM KERETA API

PEMERKOSAAN DI DALAM KERETA API

Sebut saja namanya Tania, seorang gadis berusia 24 tahun, tingginya 165cm dengan berat badan yang cukup ideal, 53kg, dengan ukuran buah dada 34C. Dia bekerja di salah satu stasiun televisi swasta sebagai reporter. Tania beparas cantik dan berkulit putih mulus sehingga dia dapat diterima bekerja sebagai reporter di XX tv sejak dua tahun yang lalu. Sebagai seorang reporter yang pastinya sering muncul menyapa pemirsa di layar kaca, tentunya membuat Tania meraih popularitas sehingga banyak orang mengenalinya. Banyak hal yang dirasa menyenangkan bagi Tania karena popularitas yang didapatnya, diantaranya pada waktu keluar berjalan-jalan, banyak orang yang mengenalinya dan tersenyum kepadanya serta menyapanya, bahkan hingga meminta tandatangannya.

PEMERKOSAAN DI DALAM KERETA API


Namun, jika ada hal-hal yang positif tentu saja ada pula yang negatif, diantaranya banyak lelaki yang suka bersiul ketika ia lewat, seringkali hampir dicolek oleh tangan jahil lelaki iseng dan mupeng , hingga yang baru saja terjadi, ada yang nekad mencari kesempatan untuk mengintip Tania kala sedang berganti pakaian di dalam kamar pas di sebuah department store di dalam sebuahpusat perbelanjaan, sialnya pelakunya tidak berhasil tertangkap tangan.

Sebagai seorang reporter, tentunya Tania sering meliput berita di sana-sini, lumayanlah itung-itung sekalian jalan-jalan sembari shopping, begitu pikirnya. Terhitung hampir semua daerah, dari Sabang sampai Merauke sudah pernah disinggahinya kala melakukan rutinitasnya sebagai seorang reporter televisi. Walaupun begitu, ia jarang mendapatkan kesempatan untuk melakukan liputan ke luar negeri sehingga suatu saat, ketika atasannya memberikan kesempatan kepadanya untuk meliput berita di Jepang, Tania girang sekali dan langsung memutuskan untuk mengambil kesempatan tersebut. Walaupun tahu bahwa harga-harga di Jepang sangat mahal, ia juga telah menyiapkan anggaran untuk belanja. Di Jepang nanti, Tania ditugaskan untuk meliput sebuah festival adat di Jepang beserta segala keunikannya.

Hari yang dinanti-nantikan tibalah juga. Ima berangkat ditemani oleh Rininta, seorang camera person dari XX tv ke Jepang. Rininta berusia dua tahun lebih muda dari Tania, tinggi badannya sepantaran dengan Tania namun sedikit lebih kurus dengan buah dada yang lebih kecil 34A, gayanya modis, dan rambutnya seringkali bergonta-ganti warna, kali ini ia mengecat rambutnya dengan warna cokelat kemerahan, menambah cantik penampilannya yang juga berkulit putih. Mereka menggunakan jasa salah satu maskapai penerbangan dalam negeri karena memang maskapai dalam negeri tidak dicekal di Jepang seperti halnya yang dilakukan oleh negara-negara Uni-Eropa.

Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, tibalah Tania dan rekannya di bandara internasional Narita.

“Lo kenapa Nin?”, tanya Tania pada kawannya. “Kok kelihatannya lesu gitu?”
“Ya ialah, lama banget tuh perjalanan tadi, lo sih enak, molor terus!”

Ucapan temannya tersebut hanya ditanggapi dengan tawa oleh Tania, karena memang selama perjalanan menuju Jepang, ia lebih banyak tidur, bukan karena fasilitas pesawat yang nyaman, namun lebih dikarenakan balas dendam, balas dendam? Lho? Memang, seminggu terakhir sebelum berangkat ke Jepang, ia terus melakukan liputan berpindah-pindah kota untuk sebuah program wisata belanja, hal itu dilakukannya untuk mengejar deadline dari pimpinan redaksi.

Selama di Jepang, rencananya Tania dan Rininta akan tinggal di rumah Windari, kawan akrab Tania kala masih duduk di bangku SMU, Windari sekarang bekerja sebagai seorang designer dan tinggal dekat kawasan Shibuya. Hal ini juga merupakan suatu kebetulan bagi Tania karena Shibuya memang terkenal dengan wisata belanja, kegemaran utama Tania.

Setibanya di kediaman Windari, Tania dan Rininta langsung memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu seusai perjalanan panjang dari Indonesia, malam harinya Tania mengajak Windari untuk mengantarnya berbelanja keesokan harinya.

“Win, besok selesai liputan, lo anterin gue shopping yuk, gue kan disini cuman dua hari”.
“Aduuuh, sorry tan, gue besok ada meeting sama klien, enggak bisa ditinggalin. Plus sorenya gue ketemuan sama cowok gue. Emm, lo ditemenin sama si Rininta aja ya? Ntar gue kasih tahu tempat-tempat yang barangnya bagus dan murah.”
“Yah, si Rininta kan sama aja kaya gue, awam sama daerah sini, lo gimana sih?”
“Iya, iya, soriii banget tapi gue betul-betul nggak bisa, lagian transportnya gampang kok, naik KRL sekali juga nyampe.”
“Mmm….. ya sudah deh engga apa-apa kalau begitu.” Jawab Tania dengan muka masam. “Eh, omong-omong cowok lo cakep ga?”
“Yaa, itu khan relatif, tapi umurnya udah jauh lebih tua, ada terpaut limabelas tahunan sama gue, lumayan tajir lagi.”
“Gila lo, sekarang kok seleranya berubah, seneng sama om-om, hahahaha.” Merekapun bercanda hingga merasa mengantuk dan beristirahat kemudian.

Keesokan harinya, Tania dan Rininta menyelesaikan liputan berita untuk XX tv dengan lancar, merekapun kembali terlebih dahulu ke tempat Windari untuk meletakkan kamera dan berganti pakaian. Tania dan Rininta sepakat kompakan memakai rok span berwarna senada, hitam, sehingga tampak kontras dengan paha keduanya yang putih mulus. Rininta memadukan roknya dengan blouse putih, sedangkan Tania memilih mengenakan kemeja berwarna krem, mereka berdua mengenakan mantel bulu karena udara yang lebih dingin dibanding di tanah air.

Berdua, mereka berangkat naik taksi ke stasiun dan kemudian membeli tiket kereta rel listrik, tak lama menunggu, keretapun datang dan mereka segera naik.

Sementara itu, di tempat kerjanya, Windari tampak teringat sesuatu dan mengangkat ponselnya, hendak menelepon Tania, namun, “astaga, dia belum ganti nomor lokal, enggak bisa dihubungi deh.” Kata Windari dalam hati dengan wajah yang tampak kebingungan karena hendak memberitahukan sesuatu pada Tania namun tidak bisa dilakukan.

Di dalam kereta, Tania dan Rininta ternyata tidak dapat menemukan tempat duduk yang kosong, sehingga keduanyapun memutuskan untuk berdiri sambil berpegang pada pegangan yang sengaja dibuat untuk penumpang yang tidak kebagian tempat duduk. Lima menit berlalu, sambil berdiri, Rininta dan Tania baru menyadari bahwa hampir seluruh penumpang di gerbong tersebut adalah laki-laki, hanya ada dua wanita tua yang sedang terlelap duduk di ujung gerbong. Perhentian berikutnya, beberapa penumpang turun, Tania dan Rininta mencoba mengambil kesempatan untuk duduk, namun keduluan oleh beberapa penumpang lain yang sedari tadi juga berdiri. Segerombolan penumpang baru juga masuk, dan seluruhnya pria. Space untuk berdiri pun kian sempit, sehingga Tania dan Rininta hampir dikelilingi oleh gerombolan pria yang bau naik tadi.



“Yah, sial, berdiri lagi deh.” Ujar Tania yang diamini oleh Rininta.
“Liat deh, penumpangnya laki semua tapi nggak ada yang gentleman, ngasih tempat duduk kek buat makhluk-makhluk cantik, ha2.” Canda Rininta yang disambut tawa renyah Tania

Sesaat setelah itu, terdengar suara seseorang dibelakang mereka, dari nada bicaranya nampaknya bertanya sesuatu kepada mereka. Merekapun menoleh mencari si sumber suara. Tampak dihadapan mereka seorang bapak berwajah ramah, jika ditaksir, kira-kira umurnya empatpuluhan. Ternyata orang tersebut yang memanggil tadi.

“Ima nanji desu ka?”

Tania dan Rininta sama-sama bengong karena sama sekali tidak mengerti apa yang baru saja diucapkan pria tersebut.

Seolah mengerti bahwa yang diajak bicara tidak mengerti bahasanya, bapak tersebut mengulangi pertanyaannya.

“Ano, What is da time?” Ujarnya dengan bahasa Inggris sekenanya sambil menunjuk pergelangan tangannya sendiri.

Tania dan Rininta baru mengerti apa yang ditanyakan tadi ketika si bapak berwajah ramah mengulangi pertanyaannya dalam bahasa Inggris, walaupun tata bahasanya salah (yang benar what time is it?).

Untungnya Tania sudah mencocokkan jam tangannya dengan waktu setempat. Ia pun memperlihatkan jam tangannya kehadapan bapak itu agar dapat melihat sendiri pukul berapa sekarang. Bapak itupun manggut-manggut setelah melihat jam. “Domo arigato gozaimasu” Ucapnya sambil tersenyum. Kalau yang ini Tania mengerti bahwa artinya terima kasih, ia pun membalas senyuman bapak itu, sementara Rininta hanya memperhatikan dari tadi.

Sebelum sempat membalikkan badan, Tania merasakan ada tangan yang menyenggol paha bagian belakangnya. Ia pun berbisik kepada Rininta, “Nin, tadi kayak ada yang nyolek gue deh.”

“Masa? Kok sama, tadi juga kayak ada yang nyenggol pantat gue.” bisik Rininta.
“Ya udahlah, mungkin kebetulan saja, kereta ini kan bergerak terus jadi mungkin ada yang badannya jadi gak seimbang dan gak sengaja nyenggol.” tukas Tania. Rininta pun mengiyakan ucapan temannya itu dan bersikap santai saja sambil menunggu kereta sampai di tujuan.

Belum ada lima detik dari senggolan pertama tadi, kembali Tania merasakan rabaan pada pantatnya, kali ini bukan lagi menyenggol, namun terasa sedikit meremas. Terkejut, Tania pun berusaha menepis tangan itu.

Merasakan gelagat yang tidak baik, Tania mengajak Rininta menjauh dari tempat berdiri mereka sekarang. Namun belum sempat mereka bergerak, ada tangan-tangan yang mencengkeram lengan mereka berdua sehingga mereka tidak dapat bergerak kemana-mana. Disaat bersamaan, kedua wanita cantik itu merasakan tangan yang menjamah tubuh mereka kian banyak. Ada yang meremas-remas pantat mereka dan ada yang naik meraba buah dada mereka. Merekapun berusaha meronta melepaskan diri dari situasi tersebut, tangan keduanya bergerak menepis tangan-tangan jahil itu. Namun apa daya dua pasang tangan melawan tangan-tangan sebanyak itu.

“Ehh, apa-apaan ini!” teriak Taniai. Namun ia menyadari tidak ada yang paham ucapannya. Ia pun berusah menggunakan bahasa Jepang sebisanya.
“Ieee, bageroooo! Emph….” Sebelum sempat meneruskan teriakannya, ada tangan kokoh membekap mulutnya dari belakang sehingga ia tak lagi mampu berkata-kata. Semakin lama, jamahan dari tangan-tangan itu kian mengarah ke paha bagian dalam Tania. Ia pun berusaha mengatupkan kedua kakinya sehingga tangan-tangan itu tidak dapat menjangkau bagian vitalnya. Namun usaha itu sia-sia karena tangan-tangan lain sudah mencengkeram dan merenggangkan kakinya sehingga posisinya terbuka dan tangan-tangan jahanam itu dapat leluasa bergerak menuju kemaluan Tania yang masih tertutup g-string seksi warna hitam.
“Mmh…. hhhh” Tania hanya bisa sedikit mendesah, dalam keadaan mulutnya disumpal telapak tangan seseorang dibelakangnya. Tania mencoba melihat dimana posisi Rininta, tapi ia tidak dapat melihat temannya itu, di sekitarnya hanya ada segerombolan laki-laki.

Perlahan, tangan-tangan tersebut mulai membuka kancing kemeja krem Tania. Tania pun berusaha meronta sebisanya, namun hal tersebut hanya membuat pertahanannya lebih longgar karena berikutnya, mantel bulu yang dikenakannya berhasil direnggut oleh seorang laki-laki anggota gerombolan itu. Kini, Tania masih berpakaian lengkap minus mantel bulunya, namun kancing kemejanya sudah terbuka seluruhnya, memperlihatkan buah dada Tania yang sekal dan hanya ditutupi oleh bra berwarna putih. Tangan-tangan yang menjamahnya seolah semakin menggila dengan keadaan tersebut.

“Mmm…!”, terdengar suara teriakan tertahan Tania. Rupanya ada yang meremas-remas buah dada Tania dengan keras sehingga ia berteriak tertahan. Berikutnya, dengan sekali hentakan, robeklah bra putih yang dikenakan Tania memperlihatkan dua gundukan indah dengan puting berwarna kecokelatan. Kini, tubuh bagian atas Tania sudah terbuka dan hanya menyisakan kemejanya yang seluruh kancingnya sudah terbuka. Melihat pemandangan tersebut, seorang diantara gerombolan tersebut bergerak maju dan mulai memainkan puting buah dada sebelah kanan Tania, sementara mulutnya mulai ‘menyusu’ ke buah dada sebelah kiri Tania.

Yang lebih membuat Tania terkejut adalah, orang tersebut ternyata si bapak berwajah ramah yang bertanya jam tadi. Dalam hatinya Tania berkata “dasar tua cabul, tahu begini udah gue tonjok dari tadi”. Sementara itu, tangan-tangan yang ‘beroperasi’ di bagian bawah tubuh Tania semakin berani, ada yang menarik roknya keatas sebatas pinggang, sehingga kini rabaan dan sentuhan mereka dapat langsung bersinggungan dengan kulit telanjang Tania, sebuah tangan meraba naik paha bagian dalamnya dan bersentulah dengan liang kemaluan Tania yang masih terbungkus g-string hitam. Tangan itu menggesek-gesek kemaluan Tania dengan gerakan maju-mundur. Mendapat rangsangan yang demikian hebat, Tania pun mulai terangsang diluar kemauannya sendiri. Seolah mengetahui hal tersebut, tangan yang membekap mulutnya mulai mengendurkan pegangan dan perlahan melepaskan bekapannya. Tania tak lagi berteriak-teriak, mungkin karena sudah terlampau lelah meronta, disamping itu, tidak bisa dipungkiri bahwa ia menjadi sangat terangsang dengan keadaan ini.

Tanpa disadari oleh Tania, ternyata G-String-nya sudah tidak berada ditempatnya semula, entah kemana, memperlihatkan kemaluannya yang dihiasi bulu-bulu kemaluan yang dicukur rapi, sehingga tangan yang tadinya hanya menggesek-gesek kemaluannya, perlahan mulai memainkan jari-jarinya diatas klitoris Tania. Tania terangsang hebat diperlakukan seperti ini, namun ia tidak ingin semua laki-laki dihadapannya tahu bahwa ia terangsang, karena hal tersebut pasti akan membuat mereka merasa senang dan puas. Iapun mencoba menutupinya dengan mengatupkan bibir mungilnya rapat-rapat dan mencoba untuk tidak bersuara, apalagi mendesah.

Namun cobaan terasa semakin sulit bagi Tania, selanjutnya, jari tengah si bapak berwajah ramah digerakkan keluar-masuk di dalam liang kemaluan Tania, didalam kemaluannya, jari itu sedikit ditekukkan sehingga mengenai g-spot milik Tania. Tania semakin tidak kuasa menahan gejolak birahi yang dahsyat, mulutnya tetap ditutup rapat-rapat, namun sesekali terdengar desahan tertahan. “Emmh… hhh”.

Gerakan jari itu kian lama kian cepat sehingga pertahanan Tania yang mati-matian berusaha tidak menunjukkan ekspresi kenikmatan akhirnya bobol juga.

“Mmhh… aa… aaaaaahh!!” Teriakan itu disertai getaran hebat, ia menggelinjang menerima orgasme pertamanya. Cengkeraman tangan dari para lelaki yang sedari tadi memegangnya kuat-kuat, akhirnya dilepaskan. Tania terduduk lemas, tubuhnya terasa panas terbakar gejolak birahi. Perasaannya bercampur aduk, antara malu, terhina, marah dan nikmat. Hanya sekitar lima-enam detik kemudian, tubuh Tania kembali diangkat oleh para lelaki Jepang tersebut, namun kali ini beberapa orang diantara mereka sudah melorotkan celana masing-masing, memperlihatkan kemaluan masing-masing yang sudah tegak mengacung.

Mengetahui apa yang akan dilakukan gerombolan lelaki itu, Tania coba berontak dengan menggunakan tenaganya yang tersisa, namun seorang diantara gerombolan itu, tubuhnya kurus dan agak tonggos, meremas kedua buah dadanya kuat-kuat sehingga Tania merintih kesakitan dan mencoba menepis tangan itu dari atas buah dadanya.

Disaat bersamaan, pinggang Tania ditarik kebelakang oleh si bapak berwajah ramah yang langsung menancapkan kemaluan 15cm-nya kedalam kemaluan Tania dengan sekali hentakan keras. Bless, masuklah kemaluan itu disertai teriakan panjang Tania yang baru pertama kali dimasuki oleh kemaluan laki-laki. Bapak itu memompa tubuh Tania dengan cepat.

“Plok…plok”, begitu bunyi yang terdengar ketika paha bapak itu beradu dengan paha bagian belakang Tania. Para lelaki yang lain tidak hanya diam saja, sebagian menjamah bagian-bagian sensitif Tania dengan leluasa, sebagian lagi terlihat mengocok kemaluannya sendiri, dan ada pula yang meraih tangan Tania, dan memaksa Tania untuk mengocok kemaluannya.

Ada seorang lagi yang berperawakan pendek memasukkan kemaluannya kedalam mulut Tania dan menggerakkannya maju-mundur. Sehingga sekarang, Tania dalam posisi setengah membungkuk dan disetubuhi dari arah depan dan belakang tubuhnya.

Lima belas menit berlalu, lelaki yang kemaluannya dikocok oleh tangan mungil Tania, tampak tidak kuat lagi menahan gelombang orgasme dan berejakulasi sesaat kemudian, crott!! spermanya muncrat dengan deras dan sebagian mengenai wajah Tania.

“Ah…. ahhh”, Tania mendesah seriap kali kemaluan si bapak masuk dengan dalam di kemaluannya. Lima menit kemudian, tubuh Tania bergetar hebat, ia mendapatkan orgasme keduanya. “Aaaa.. aaahh!!” Desahnya.

Tidak berapa lama, kemaluan didalam mulut Tania menyemburkan spermanya. Membuat Tania gelagapan dan tersedak sehingga sebagian sperma itu tertelan olehnya, sementara sebagian lagi meleleh keluar dari bibit indahnya. Si bapak yang memompa kemaluan Tania rupanya kuat juga, masih belum menampakkan tanda-tanda akan keluar. Bapak itu rupanya pandai memainkan tempo, terkadang kocokan kemaluannya dipelankan dan terkadang cepat. Tampaknya ia benar-benar ingin menikmati jepitan kemaluan Tania sepuasnya.

Sepuluh menit kemudian, cengkeraman tangan bapak itu di pinggang Tania tiba-tiba mengeras, bapak itupun mulai setengah mendesah. “Hhhh…. ah..” Tania tahu bahwa orang dibelakangnya ini akan segera berejakulasi, iapun mencoba menarik badannya ke arah depan sehingga rahimnya dapat diloloskan dari semburan sperma bapak brengsek itu, namun sia-sia, baru setengah kemaluan yang bisa dikeluarkan dan

“Aaaaaahh” Crott, crott, crott! Sperma bapak itu keburu keluar membanjiri bagian dalam kemaluan Tania. “Aah, sial, damn..” gerutu Tania dalam hati karena bapak itu keluar didalam kemaluannya.

Tubuh Taniapun digeletakkan di atas lantai kereta dan dikelilingi tiga orang lelaki lagi yang dengan irama cepat mengocok sendiri kemaluan masing-masing di depan wajah Tania, dan beberapa saat kemudian berejakulasi dan menyemburkan sperma masing-masing di wajah Tania. Para lelaki itupun meninggalkan Tania terkulai diatas lantai kereta dalam keadaan telanjang bulat dengan hanya mengenakan kemeja warna krem yang sudah kusut dan basah oleh peluh dan sperma. Buah dadanya dipenuhi bekas-bekas remasan dan cupangan yang berwarna kemerahan. Dalam keadaan lemas, ia mencoba mencari Rininta yang sejak tadi tidak terlihat. Rupanya, Rininta mengalami hal yang sama dan ditinggalkan tergeletak lemas bermandikan keringat dan sperma.

Tidak ingin berlama-lama dalam keadaan demikian, Tania segera berdiri, mengelap keringat dan sperma disekujur tubuhnya dengan bra putihnya yang sudah robek, kemudian mengancingkan kembali kemejanya dan menurunkan roknya kembali, Tania kemudian mengajak Rininta yang juga sudah merapikan diri, untuk keluar dari kereta dan mengajaknya untuk kembali saja ke tempat Windari. Kejadian barusan membuat hasrat belanjanya hilang.

Setibanya mereka di rumah Windari, merekapun mandi membersihkan tubuh masing-masing dari sisa-sisa persetubuhan yang baru saja dialami. Kemudian mengistirahatkan tubuh masing-masing. Sorenya, bel depan berbunyi, rupanya Windari sudah pulang. Rininta yang membukakan pintu. setelah masuk kedalam rumah, Windari menanyakan keadaan kedua temannya itu. Tania dan Rininta pun menceritakan hal yang tadi mereka alami di kereta sehingga mereka berdua membatalkan niat belanjanya.

“Waduh, gue minta maaf bener. gue lupa kasih tahu kalian, sebenarnya ada kereta khusus untuk penumpang wanita di sini, karena emang banyak kejadian begini sebelumnya.”
“Yah, lo kok enggak kasih tahu kita dari kemarin sih Win? Kalau tahu, kan kita enggak bakal diperkosa begini.”
“Iya, iya, gue bener-bener mohon maaf.” Ucap Windari.
“Eh iya, kalian mau enggak, gue kenalin sama cowok gue? Kebetulan tuh, sebentar lagi kesini.”

Tania dan Rininta mengiyakan tawaran itu karena memang penasaran seperti apa muka pacar si Windari.
Beberapa saat kemudian, kembali terdengar bunyi bel. Windari beranjak keluar. Saat kembali kedalam rumah, ia berjalan bersama sesosok pria. Tania terkesiap. Astaga, ternyata si bapak berwajah ramah…..!

Older Posts